87% Pekerja Rela Gajinya Dipangkas Demi Bisa Kerja Fleksibel

Berdasarkan Work Relationship Index, sebanyak 87% pekerja bersedia pendapatannya dipotong demi mendapatkan pengalaman kerja fleksibel.

Pendapat Pekerja Mengenai Pemangkasan Gaji Demi Sistem Kerja yang Lebih Fleksibel

Sumber: HP 2024 Work Relationship Index
GoodStats

Survei terbaru yang diterbitkan oleh HP Inc. mengungkapkan bahwa para pekerja, baik atasan maupun karyawan, makin mendambakan personalisasi di tempat kerja, terutama jam kerja dan lingkungan kerja.

Setiap pekerja ingin dianggap sebagai individu dengan kebutuhan masing-masing yang unik. Jadi, ketika mereka memiliki keleluasaan untuk menentukan kapan dan di mana mereka bisa menuntaskan pekerjaan, hubungan dengan pekerjaan pun menjadi lebih positif.

Survei bertajuk 2024 Work Relationship Index yang dikelola Edelman Data & Intelligence (DXI) tersebut dilakukan secara daring pada 10 Mei-21 Juni 2024 di 12 negara, termasuk Indonesia. Responden survei mencapai 15.600 pekerja yang terdiri dari 12.000 pekerja berpengetahuan, 2.400 pengambil keputusan di bidang teknologi dan informatika, serta 1.200 pemimpin bisnis.

Hasil survei menunjukkan bahwa 68% pekerja berpengetahuan mengaku lebih suka bekerja di perusahaan yang memberi mereka kesempatan bekerja secara fleksibel. Sebanyak 69% pekerja berpendapat personalisasi di tempat kerja akan meningkatkan kualitas hubungan mereka dengan pekerjaan. Sejauh ini, hanya 28% pekerja yang mengaku memiliki hubungan sehat dengan pekerjaannya.

Demi bisa bekerja dengan lebih fleksibel, sebanyak 87% pekerja bahkan rela mengorbankan sebagian gajinya. Rata-rata rela gajinya dipangkas hingga 14% asalkan mendapat privilese tersebut. Pekerja gen Z bahkan mengaku rela gajinya dipotong sampai 16%.

Pekerja bersedia gajinya dipotong sebesar 16% demi bisa bekerja di mana pun yang mereka inginkan (work from anywhere), entah itu di rumah, kantor, atau tempat lain. Para pekerja juga mau gajinya dipangkas 16% asalkan bisa bekerja kapan pun sesuai kebutuhan, tidak terikat jam kerja yang kaku.

Selain itu, pekerja yang bersedia gajinya dikurangi 15% ingin bisa bekerja di lingkungan yang sesuai keinginan, misalnya dengan ukuran tim yang besar atau kecil. Mereka juga rela gajinya dipotong 14% demi mendapatkan lebih banyak pilihan yang sesuai preferensi.

Hasil survei ini menegaskan bahwa dalam meningkatkan produktivitas dan keterlibatan pekerja yang lebih positif, perusahaan perlu mengakomodasi kebutuhan para pekerjanya, dalam hal ini kebutuhan yang menitikberatkan personalisasi.

Baca Juga: Mayoritas Pekerja RI Merasa Puas dengan Pekerjaannya

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook