Celetukan “alasan umur laki-laki lebih pendek dari perempuan” sering muncul sebagai candaan di media sosial, biasanya saat ada video yang menunjukkan aksi konyol atau nekat dari para laki-laki. Meski terdengar lucu, ternyata hal ini bukan sekadar lelucon belaka.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa sejak 2020 hingga 2024, perempuan di Indonesia memang memiliki angka harapan hidup yang lebih tinggi dibanding laki-laki. Pada 2020, harapan hidup perempuan tercatat 73,46 tahun, sedangkan laki-laki 69,59 tahun. Tren ini terus berlanjut hingga 2024, dengan perempuan mencapai 74,21 tahun dan laki-laki 70,32 tahun.
Selisih sekitar empat tahun ini bukan hanya terjadi di Indonesia, tapi juga menjadi pola umum di banyak negara di dunia.
Lalu, kenapa perempuan bisa hidup lebih lama? Penelitian dari Baum (2021) berjudul New Perspective on Why Women Live Longer Than Men: An Exploration of Power, Gender, Social Determinants, and Capitals menyebut bahwa jawabannya bukan cuma soal gen atau tubuh yang lebih kuat. Justru banyak faktor sosial yang berperan. Padahal, di banyak negara, perempuan hidup dengan akses yang lebih sedikit terhadap uang, kekuasaan, bahkan layanan kesehatan.
Dalam hal ini, gaya hidup menjadi sorotan. Laki-laki cenderung lebih sering merokok, minum alkohol, suka ambil risiko, dan lebih jarang melakukan pemeriksaan rutin ke dokter. Perilaku seperti ini berpengaruh besar terhadap kesehatan dan bisa memperpendek usia.
Penelitian ini juga menunjukkan peran lingkungan sosial terhadap usia. Perempuan biasanya punya hubungan sosial yang lebih kuat, teman untuk berbagi cerita atau membantu saat sakit. Hal sederhana seperti ini ternyata bisa berdampak baik bagi kesehatan dan umur panjang.
Pernyataan ini dikutip oleh peneliti dari sosiolog Bryan S. Turner dalam penelitiannya yang berjudul Social Capital, Inequality and Health: The Durkheimian Revival (2003).
Ia menyatakan bahwa kuantitas dan kualitas dari hubungan dan jaringan sosial seseorang memainkan peran penting dalam menjaga kesehatan, dan di saat yang sama menyediakan sumber daya untuk mendorong pemulihan dari penyakit.
Di sisi lain, norma maskulinitas juga punya peran. Laki-laki sering diajarkan untuk menjadi kuat, tahan sakit, dan tidak cengeng. Akibatnya, banyak dari mereka menunda cari pertolongan saat sakit. Gaya hidup seperti ini justru berisiko buruk bagi kesehatan.
Jadi, walaupun perempuan mungkin tidak selalu lebih berkuasa atau lebih kaya, mereka cenderung menjalani hidup dengan cara yang lebih aman dan sehat. Itulah yang membuat usia mereka lebih panjang dibanding laki-laki di hampir seluruh dunia.
Baca Juga: Kesenjangan Gaji Perempuan Masih Terasa