Selama sepuluh tahun terakhir, ekspor karet remah Indonesia menunjukkan penurunan yang cukup tajam. Karet remah sendiri merupakan karet alam yang diperoleh dari pengolahan getah/lateks dan bahan olah karet yang berasal dari pohon karet. Komoditas ini menjadi salah satu komoditas ekspor andalan Indonesia.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor karet remah Indonesia sepuluh tahun yang lalu atau tahun 2014 masih sekitar 2.549.800 ton. Namun, jumlahnya jauh menurun pada 2023 menjadi sekitar 1.713.400 ton saja.
Pada 2015, ekspor karet remah Indonesia sudah menunjukkan penurunan. Jumlah ekspornya hanya sebanyak 2.543.500 ton. Jumlahnya semakin menurun pada 2016 menjadi 2.494.300 ton.
Sempat ada angin segar pada 2017. Ekspor karet remah Indonesia melonjak di angka 2.922.800 ton. Sayangnya, jumlahnya kembali menurun pada 2018 menjadi 2.741.800 ton.
Setahun kemudian, jumlahnya semakin menyusut. Tercatat, pada 2019, ekspor karet remah Indonesia hanya sebanyak 2.440.600 ton. Tahun 2020, ekspor kian melemah menjadi 2.205.500 ton saja.
Sempat ada kenaikan jumlah ekspor karet remah Indonesia pada 2021. Jumlahnya meningkat tipis menjadi 2.277.100 ton. Sayangnya, kenaikan itu tak bertahan lama karena jumlahnya kembali turun pada 2022 menjadi 1.988.100 ton sebelum akhirnya mencapai titik terendahnya pada tahun 2023 dengan total 1.713.400 ton saja.
Adapun negara-negara yang menjadi tujuan utama ekspor karet remah Indonesia adalah Amerika Serikat, Jepang, China, India, Korea Selatan, Brasil, Kanada, Jerman, Belgia, dan Turki. Jumlah ekspor karet remah ke sebagian besar negara tersebut juga menurun. Meski begitu, jumlah ekspor di beberapa negara seperti China dan India mengalami kenaikan pada 2023 walau tidak begitu signifikan.
Baca Juga: Volume Ekspor Karet Remah 2022, Terendah Dalam 10 Tahun Terakhir