Emisi Karbon di Indonesia Terus Meningkat

Pada tahun 2023, World Bank mencatat jumlah emisi karbon dioksida (CO₂) di Indonesia telah mencapai 674,5 juta ton CO₂e, angka yang tidak sedikit.

Tren Emisi CO₂ di Indonesia Setengah Abad Terakhir (1973-2023)

Sumber: World Bank
GoodStats

Emisi karbon dioksida (CO₂) di Indonesia kian meningkat. Ironisnya, meskipun Indonesia telah meratifikasi Perjanjian Paris dan menetapkan target net zero emissions carbon pada 2060, tren emisi justru menunjukkan kenaikan konsisten hingga mendekati 1 miliar ton CO₂ ekuivalen (CO₂e) per tahun. Peningkatan ini bukan sekadar angka, namun akan membawa konsekuensi nyata berupa kenaikan suhu, musim yang tidak menentu, dan eskalasi bencana hidrometeorologi di berbagai daerah.

Perhitungan emisi CO₂ yang menggunakan satuan juta ton CO₂e berarti tidak hanya menyebut jumlah gas karbon dioksida yang dilepaskan ke atmosfer, tetapi juga mencakup seluruh gas pemicu perubahan iklim yang dihasilkan di berbagai sektor, termasuk industri, energi, pertanian, dan limbah yang diukur dengan skala efek setara karbon dioksida.

Hal ini bertujuan untuk memudahkan para ilmuwan dan pembuat kebijakan dalam mengukur dampak keseluruhan emisi secara konsisten terlepas dari jenis gasnya, sekaligus sebagai standarisasi berdasarkan The Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) mengenai Global Warming Potentials (GWP) dalam Fifth Assessment Report (AR5).

Berdasarkan data dari World Bank, hingga 2023 emisi CO₂ di Indonesia telah mencapai angka 674,5 juta ton CO₂e. Nilai ini naik 16 kali lipat dibandingkan dengan kondisi pada setengah abad sebelumnya.

Adapun angka ini mencakup perhitungan emisi yang berasal dari sektor pertanian, energi, limbah, dan industri, dengan tidak melibatkan faktor penggunaan lahan serta perubahan penggunaan lahan dan kehutanan atau Land Use, Land-Use Change and Forestry (LULUCF).

Tahun berikutnya kerap menampilkan peningkatan emisi. Lonjakan yang tajam terjadi antara tahun 1973 – 1993, yaitu naik lebih dari 4 kali lipat hanya dalam waktu 20 tahun.

Adapun setelah 2003, laju kenaikan masih terus meningkat. Selisih terbesar berada dalam rentang 2013 – 2023 dengan peningkatan emisi sebesar 200 juta ton CO₂e dalam satu dekade. Hal ini menandakan bahwa pertumbuhan ekonomi dan industrialisasi berjalan tanpa disertai pengendalian emisi yang cukup.

Penyumbang terbesar emisi CO₂ berasal dari aktivitas industri. Hal ini disebutkan oleh Nirarta Samadhi, Country Director World Resources Institute (WRI) Indonesia dalam acara Road to Indonesia Sustainability Forum (ISF) 2024 di Jakarta (22/8/2024), dilansir dari Antara.

"Kami percaya industri memiliki potensi untuk menjadi aktor kunci untuk memutarbalikkan keadaan tersebut," ujarnya.

Ia mengungkapkan bahwa industri di Indonesia berkontribusi terhadap 34% dari total emisi secara nasional. Kontribusi emisi itu tersebar di sektor energi, limbah dan proses industri, dan penggunaan produksi.

Dengan ini, pemerintah perlu menyusun peta jalan dekarbonisasi industri, memperkuat pelaporan data emisi, dan menerapkan instrumen kebijakan seperti pajak karbon terutama untuk sektor industri.

Baca Juga: Simak Emisi CO2 Indonesia dari Karhutla 2015-2024

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook