Berdasarkan laporan Statistik Kehutanan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), getah pinus merupakan hasil hutan bukan kayu yang paling banyak diproduksi di 2023. Totalnya mencapai 130 ribu ton.
Daun kayu putih dan getah karet hutan juga banyak diproduksi masuk di urutan kedua dan ketiga dalam daftar. Adapun produksi daun kayu putih di sepanjang 2023 mencapai 41 ribu ton sedangkan produksi getah karet hutan mencapai 23 ribu ton.
Sementara itu, bambu dan gula aren tercatat paling sedikit diproduksi, masing-masing sebesar 154 dan 142 ton.
Jawa merupakan pulau penghasil getah pinus dan daun kayu putih terbanyak, masing-masing mencapai 108 ribu ton dan 32 ribu ton di 2023. Sementara itu, Sumatra menjadi penghasil getah karet hutan utama, yaitu sebanyak 16 ribu ton.
Bali dan Nusa Tenggara tercatat lebih banyak menghasilkan buah-buahan, yaitu sebanyak 606 ton. Kalimantan juga banyak menghasilkan getah karet hutan, yaitu sebanyak 8 ribu ton di 2023. Sementara itu di Sulawesi lebih unggul di produksi getah pinus yang mencapai 9 ribu ton. Terakhir, Maluku dan Papua banyak menghasilkan daun kayu putih yang mencapai 9 ribu ton di 2023.
Menurut Cahyono dalam Suhartati dan Attoric (2021), getah pinus dapat diolah menjadi gondorukem dan terpentin. Gondorukem untuk bahan baku industri kertas, plastik, cat, batik, tinta cetak, politur, dan farmasi. Sementara itu, terpentin banyak dipakai sebagai bahan baku industri kosmetik, minyak cat, campuran bahan pelarut, antiseptik, dan farmasi.
Getah pinus merupakan sumber daya alami yang bermanfaat di berbagai industri, mulai dari kimia, farmasi, kosmetik, hingga musik dan furnitur. Keberagaman komponen dalam getah pinus menjadikannya bahan yang serbaguna dan bernilai ekonomi.
Baca Juga: Melihat Potensi Komoditas Karet Indonesia