Berdasarkan Indeks Pembangunan Pariwisata atau Travel & Tourism Development Index (TTDI) yang dirilis oleh World Economic Forum pada 2024, Indonesia memperoleh skor 4,46 dari 7 poin, meningkat 4,5% dibanding 2019. Capaian tersebut mengantar Indonesia ke posisi ke-22 di antara 119 negara. Sementara di ASEAN, Indonesia bertengger di urutan kedua, tepat di belakang Singapura yang mengantongi skor 4,76 poin.
TTDI merupakan indeks untuk mengukur serangkaian faktor dan kebijakan yang memungkinkan pengembangan sektor pariwisata berkelanjutan dan tangguh yang berkontribusi terhadap pembangunan suatu negara. Indeks ini diukur berdasarkan lima dimensi, yaitu lingkungan, syarat dan kebijakan, infrastruktur dan layanan, sumber daya, serta keberlanjutan pariwisata.
Mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno menyatakan bahwa raihan ini akan menentukan minat investor untuk berinvestasi di Indonesia. “Indonesia sudah berhasil menggeser Selandia Baru. Ini jauh di atas ekspektasi. Jadi investasi kita lihat akan pasti meningkat, insyaallah. Dan juga jumlah tenaga kerja pariwisata juga akan meningkat dan dampak ekonominya akan semakin besar,” tuturnya, dikutip dari Badan Otorita Borobudur.
Di lain sisi, torehan nilai mentereng pariwisata nasional tidak sejalan dengan data riil di lapangan. Dalam hal jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman), perolehan Indonesia masih kalah saing dibandingkan negara ASEAN lainnya. Berdasarkan data ASEAN Stats pada 2023, Indonesia menarik kunjungan wisman sebanyak 11,6 juta, Perolehan ini menempatkannya ke posisi kelima secara regional, menurun satu peringkat dibanding periode sebelumnya.
Jumlah kunjungan ke Thailand yang bertengger di puncak bahkan nyaris tiga kali lipat lebih banyak, yaitu 28,1 juta. Malaysia dan Singapura secara berurutan menggaet 20,1 juta dan 13,6 juta kunjungan. Vietnam bahkan menyalip Indonesia dengan jumlah kunjungan mencapai 12,6 juta.
Merespons fakta ini, Head of Tour Inbound & Domestic Astindo, Heben Ezer menyimpulkan bahwa ada permasalahan yang melatarbelakangi ketidakselarasan ini. Ia juga memaparkan beberapa hal yang patut dibenahi guna mendongkrak kunjungan turis ke Indonesia.
“Kalau kami melihat bahwa masalah yang mungkin bisa kita betulkan, pertama adalah berkenaan dengan sanitasi, lalu security, jadi keselamatan dan keamanan itu perlu. Lalu SDM juga, misalnya kemampuan berbahasa dan sebagainya. Jadi sekarang lebih utama ke SDM-nya ya, SDM-nya yang diperkuat gitu,” ungkapnya, dikutip dari DetikTravel.
Baca Juga: Intip Daftar Wisman dengan Pengeluaran Terbesar di Indonesia