Jaga Daya Beli Masyarakat, Pemerintah Pertahankan Alokasi Subsidi Energi

Pada 2024, pemerintah menargetkan alokasi subsidi energi sebesar Rp186,9 triliun, lebih tinggi dibanding realiasi tahun sebelumnya yang sebesar Rp159,6 triliun.

Realisasi Alokasi Subsidi Energi Selama Satu Dekade

Sumber: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral RI
GoodStats

Di tengah krisis energi global, pemerintah mempertimbangkan untuk tetap mengalokasikan subsidi energi. Langkah strategis ini diterapkan demi menjaga daya beli masyarakat dan daya saing industri dalam pemulihan ekonomi.

Subsidi energi yang diberikan pemerintah meliputi bahan bakar minyak (BBM), liquefied petroleum gas (LPG), dan listrik. Ketiga energi tersebut berperan penting dalam mempertahankan stabilitas ekonomi dan daya saing industri.

Melansir dari laman resmi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, pada 2024, pemerintah menargetkan alokasi subsidi energi sebesar Rp186,9 triliun, yang terdiri dari Rp113,3 triliun untuk BBM dan LPG serta Rp73,6 triliun untuk listrik. Apabila target ini tercapai, realisasi subsidi energi yang dialokasikan tahun ini akan menjadi yang terbesar selama satu dekade terakhir.

Selama dua tahun terakhir, realisasi subsidi energi belum melampaui target yang ditetapkan. Pada 2023, realisasinya sebesar Rp159,6 triliun, dengan rincian Rp95,6 triliun pada sektor BBM dan LPG, serta Rp64 triliun pada sektor listrik, sedangkan target yang ditetapkan sebesar Rp209,9 triliun.

Sementara pada 2022, realisasi subsidi pada sektor BBM dan LPG sebesar Rp97,8 triliun serta LPG sebesar Rp59,8 triliun sehingga totalnya senilai Rp157,6 triliun, lebih rendah dari target tahun tersebut yang mencapai Rp211,1 triliun.

Untuk tahun depan, pemerintah juga telah menetapkan alokasi anggaran dengan fokus utama pada sektor BBM dan LPG. Total volume BBM bersubsidi yang diberikan pada 2025 sebanyak 19,41 juta kiloliter (kl) dengan rincian minyak tanah sebesar 0,52 kl dan minyak solar sebesar 18,89 juta kl. Sementara untuk LPG 3 kg, volume yang dialokasikan sebesar 8,2 juta metrik ton.

Alokasi subsidi pada kedua sektor tersebut menurun tipis dibandingkan target pada tahun sebelumnya yang sebesar 19,58 juta kl. Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menuturkan keputusan tersebut diambil agar penyaluran subsidi energi lebih tepat sasaran.

“Harapannya jangan ada lagi mobil-mobil mewah memakai barang-barang subsidi,” ungkapnya, dikutip dari Kementerian ESDM.

Di lain sisi, pemerintah mengalokasikan anggaran sebesar Rp90,22 triliun untuk sektor listrik pada 2025, lebih tinggi dibandingkan target tahun 2024 yang sebesar Rp73,24 triliun.

“Kenaikan tersebut didorong oleh perkiraan kenaikan jumlah penerima subsidi listrik dari 40,89 juta pelanggan di tahun 2024 menjadi 42,08 juta di tahun 2025,” imbuhnya.

Baca Juga: Dipangkas Rp1,1 Triliun, Ini Nominal Subsidi Energi 2025

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook