Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat terdapat sekitar 70 juta perokok aktif di Indonesia, 7,4% di antaranya berusia 10-18 tahun.
“Kita dihadapkan dengan bahaya pertumbuhan perokok aktif di Indonesia, terutama pada anak remaja,” ungkap Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes Eva Susanti, mengutip laman Sehat Negeriku.
Bertumbuhnya perokok aktif di Indonesia tidak lepas dari pemasaran industri tembakau ke tengah-tengah publik, bahkan ke anak-anak dan remaja sekaligus. Tidak hanya di TV, kini iklan-iklan rokok sudah banyak dijumpai di media sosial.
“Upaya pemasaran dilakukan dengan memanfaatkan berbagai cara. di antaranya jangkauan merek multinasional, influencer, topik yang sedang tren, popularitas, dan pengenalan merek tembakau serta nikotin di media sosial,” lanjut Eva.
Menghimpun data Tobacco Enforcement and Reporting Movement (TERM), dua pertiga kegiatan pemasaran produk tembakau dilakukan di Instagram (68%), dilanjut Facebook (16%), dan X (14%).
Survei Kemenkes di tahun 2023 lebih lanjut menyebutkan bahwa terdapat 22,46% penduduk Indonesia berusia di atas 10 tahun yang merokok setiap harinya. Hanya 4,56% yang kadang-kadang merokok.
Tidak hanya itu, rata-rata perokok mengonsumsi 12 batang rokok per harinya. Konsumsi laki-laki lebih tinggi, mencapai 12,17 batang per hari, sedangkan perempuan rata-rata mengonsumsi 8,98 batang per hari.
Dilihat dari jenisnya, maka mayoritas perokok lebih gemar menggunakan rokok kretek, proporsinya mencapai 53,65%. Rokok putih juga populer di kalangan perokok tanah air, proporsinya beda tipis di angka 53,4%.
Lebih lanjut, hanya sedikit yang memilih mengonsumsi rokok linting (11,6%), rokok elektrik (3,2%), dan shisha (0,7%).
Baca Juga: Merokok Sampai Tua: Menelaah Data Seputar Perokok di Indonesia