Hutan menjadi faktor penting dalam mencegah krisis iklim. Secara fungsi, hutan menyimpan cadangan oksigen bagi makhluk hidup, membantu mengatur siklus air, dan menjaga kelestarian biodiversitas, terlebih bagi hutan primer tropis yang merupakan rumah bagi satwa endemik dalam suatu wilayah.
Akan tetapi, dari waktu ke waktu terdapat penurunan jumlah hutan primer tropis di seluruh dunia. Menurut Forest Stewardship Council, saat ini terdapat 4,06 juta hektare (Mha) hutan di seluruh dunia atau sekitar 31% dari total luas daratan. Dari angka tersebut, sebanyak 45% di antaranya adalah wilayah tropis. Sayangnya, di tahun 2024 diperkirakan terdapat 6,7 juta ha hutan tropis yang hilang akibat kerusakan hutan.
Sebagian besar kerusakan tersebut disebabkan oleh kebakaran, perubahan iklim yang turut mengakibatkan kekeringan, serta pola cuaca El Nino sehingga kondisi suhu bumi kian menghangat. Hilangnya hutan primer tropis menghasilkan 3,1 gigaton (Gt) emisi tambahan gas rumah kaca, sedikit lebih banyak dari emisi CO2 tahunan dari penggunaan bahan bakar fosil India.
Masih di tahun yang sama, setidaknya terjadi kebakaran hutan primer tropis sebanyak lebih dari 5 kali dibandingkan tahun 2023. Sebagian besar kebakaran terjadi akibat ulah manusia dalam pembukaan lahan untuk pertanian atau perkebunan. Kondisi ini menyebabkan tahun 2024 menjadi tahun terpanas yang pernah dicatat oleh ilmuwan.
Senada dengan temuan tersebut, World Resources Institute (WRI) mengemukakan bahwa Brasil mengalami kehilangan hutan tropis primer terbanyak di tahun 2024, yakni sebesar 2,82 Mha. Rekor tersebut menggeser Bolivia yang kini duduk di urutan kedua dengan kehilangan sebesar 1,48 Mha, disusul Republik Demokratik Kongo dengan total kehilangan 0,59 Mha.
Baca Juga: 2 Juta Ha Hutan Dideforestasi untuk Lahan Sawit, Prabowo: “Enggak Usah takut”