Total luas panen jagung pipilan di Indonesia di tahun 2023 turun 10,43% dibandingkan tahun 2022 yang sebesar 2,76 juta hektare menjadi total 2,48 juta hektare. Padahal di tahun-tahun sebelumnya, luas panen ini cenderung meningkat.
Bersamaan dengan itu, Badan Pusat Statistik (BPS) juga menambahkan bahwa produksi jagung pipilan kering dengan kadar air 14% di tahun 2023 lalu turut mengalami penurunan sebesar 10,61% dibanding tahun 2022, dari yang semula sebesar 16,53 juta ton menjadi 14,77 juta ton.
Penurunan produksi jagung ini membuat peternak merasa kesulitan mendapatkan bahan pakan ternak. Akibatnya, harga telur dan ayam pun sempat naik di tahun 2023. Dengan demikian, pemerintah berupaya untuk mengatasi masalah ini dengan melakukan impor jagung sebanyak 500 ribu ton.
Menteri Pertanian Arief Prasetyo Adi mengungkapkan bahwa pemerintah akan berupaya untuk meningkatkan produksi jagung di hulu terlebih dulu.
"Kami fokus pada peningkatan produksi jagung di hulu. Acuannya tentu dari data Kerangka Sampel Area (KSA) Badan Pusat Statistik (BPS) yang sudah diumumkan. Sementara di hilir, Badan Pangan Nasional berfokus pada penguatan stok Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) jagung dan stabilisasi harga,” ujar Arief mengutip Republika.
Sementara itu, Kepala BPS, Amalia Adininggar mengungkapkan, produksi jagung di awal tahun 2024 ini juga mengalami penurunan. Sebagai rinciannya, produksi jagung di Januari 2024 adalah sebesar 0,5 juta ton, sedangkan di tahun 2022 sebanyak 1,39 juta ton. Lebih lanjut, produksi di Februari 2024 sebesar 0,59 ton, padahal di tahun sebelumnya adalah sebanyak 1,43 juta ton.
Meski begitu, Amalia optimis bahwa produksi jagung di Maret 2024 akan naik hingga mencapai 2,04 juta ton.