Kemiskinan telah menjadi tantangan utama di berbagai negara dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Berbagai upaya pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan belum sepenuhnya mampu mengatasi kemiskinan dari akarnya. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat persentase penduduk miskin Maret 2024 sebesar 9,03% dengan jumlah penduduk miskin mencapai 25,22 juta orang.
Angka kemiskinan tersebut merupakan kemiskinan makro yang dihitung oleh BPS dengan menggunakan pendekatan kebutuhan dasar (basic needs approach). Kemiskinan sendiri didefinisikan sebagai ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan non-makanan, yang diukur berdasarkan garis kemiskinan. Penduduk dikatakan miskin jika rata-rata pengeluaran per kapita per bulan berada di bawah garis kemiskinan.
BPS mencatat sebagian besar penduduk miskin menghabiskan pendapatan mereka untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan. Hal ini dapat dilihat dari persentase pengeluaran per kapita untuk makanan di beberapa kabupaten/kota di Indonesia cenderung lebih tinggi dari persentase pengeluaran per kapita untuk kebutuhan bukan makanan, berkisar antara 50%-70%, bervariasi antar kabupaten/kota.
Jika dilihat dari daftar komoditi kebutuhan dasar makanan, maka terdapat 12 komoditi yang cenderung sering dikonsumsi oleh penduduk termasuk penduduk miskin. Pada urutan pertama adalah beras, kebutuhannya mencapai Rp71.031 per kg per kapita per bulan untuk daerah perkotaan dan Rp85.404 per kg per kapita per bulan untuk daerah pedesaan. Kebutuhan akan konsumsi rokok berada di posisi kedua, mencapai Rp37.590 per batang per kapita per bulan untuk perkotaan dan Rp35.888 untuk pedesaan.
Cukup menarik bahwa rokok berada pada urutan kedua kebutuhan dasar makanan yang sering dikonsumsi oleh penduduk termasuk di dalamnya penduduk miskin. Sekalipun sejatinya rokok bukanlah jenis makanan pokok yang seharusnya dikonsumsi penduduk, kebiasaan konsumsi rokok terlihat tinggi baik di perkotaan maupun pedesaan.
Berdasarkan kesepakatan para ahli kesehatan, kebiasaan merokok dapat mengganggu kesehatan. Merokok juga cenderung membuang-buang uang yang harusnya bisa digunakan untuk keperluan lain yang lebih mendesak. Selain membakar uangnya, perokok juga sekaligus membakar paru-parunya. Jika uang yang digunakan untuk konsumsi rokok dialihkan untuk konsumsi lain yang lebih penting, hal ini tentu akan lebih bermanfaat.
Baca Juga: 5 Provinsi dengan Tingkat Kemiskinan Tertinggi di Indonesia