Berdasarkan Badan Standar Nasional (BSN) hingga September 2024, ada 2.503 SNI teknologi bahan yang aktif. Sementara itu, SNI yang tidak aktif di sektor yang sama tercatat sebanyak 979 standar. SNI lainnya yang mencakup SNI yang sudah direvisi, hasil terjemahan, SNI yang sudah dikonfirmasi, SNI amandemen, dan SNI ralat mencapai 508 dokumen. Total terdapat 3.990 SNI di sektor ini yang telah ditetapkan.
Pada data itu dijelaskan bahwa SNI aktif adalah SNI terakhir yang ditetapkan, sedangkan SNI tidak aktif adalah SNI yang telah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
SNI aktif adalah standar yang masih berlaku dan digunakan secara resmi. Standar ini masih dianggap relevan dan efektif, serta digunakan oleh industri, produsen, dan konsumen sebagai acuan dalam memproduksi dan memastikan kualitas produk atau layanan.
SNI aktif harus diikuti oleh para pelaku industri di sektor tersebut. Pemerintah atau lembaga terkait bisa melakukan pengawasan terhadap penerapan SNI ini.
Tidak semua SNI yang diumumkan oleh BSN langsung berlaku penuh di lapangan. Artinya, standar ini sudah ada dan siap digunakan, tetapi belum tentu wajib diterapkan (belum diadopsi sepenuhnya) oleh industri atau sektor tertentu.
SNI yang ditetapkan bisa saja baru saja diterbitkan atau diperbarui, tetapi belum diterapkan secara luas atau masih dalam tahap pengenalan. Status ini bisa juga berarti standar tersebut akan mulai berlaku pada waktu yang akan datang.
SNI teknologi bahan merujuk pada SNI yang berkaitan dengan bahan-bahan yang digunakan dalam berbagai industri, terutama industri konstruksi, manufaktur, energi, dan lainnya.
Beberapa contoh SNI di bidang ini adalah SNI untuk baja tulangan beton, SNI untuk semen, SNI untuk kaca, hingga SNI untuk bahan plastik.