Simak Target Penggunaan EBT di Pembangkit Listrik Nasional Hingga 2060

Pada tahun 2060 Indonesia menargetkan proporsi penggunaan EBT pada pembangkit listrik sebesar 73,6%.

Target Proporsi EBT dan Energi Fosil pada Pembangkit Listrik Nasional

Sumber: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM)
GoodStats

Kebutuhan manusia kini tidak dapat terpisahkan dari kehadiran alat elektronik. Kehidupan manusia modern hampir selalu bersentuhan dengan perangkat elektronik, seperti gawai yang digunakan sehari-hari. Bahkan kini interaksi lebih banyak dilakukan dengan gawai dibandingkan dengan manusia di dunia nyata.

Tingginya penggunaan teknologi tentunya akan menambah permintaan dan konsumsi energi listrik. Saat ini mayoritas energi listrik di Indonesia berasal dari pembangkit listrik berbahan bakar fosil. Berdasarkan Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RKUN) 2025 yang dirancang oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM), 85% (85,79 GW) pembangkit listrik di Indonesia masih menggunakan bahan bakar fosil, sementara hanya 15% (14,90 GW) pembangkit listrik yang telah menggunakan energi baru dan terbarukan (EBT).

Untuk mewujudkan target net zero emission (NZE) dari pembangkit listrik pada tahun 2060, KESDM telah memasang target penggunaan EBT pada pembangkit listrik nasional hingga tahun 2060. Pada tahun ini, pemerintah menargetkan bauran EBT di angka 15,9%.

Pada tahun 2030, target penggunaan EBT akan ditingkatkan menjadi 21%, dan penggunaan bahan bakar fosil ditekan ke angka 79%. Lima tahun setelahnya, penggunaan EBT akan digenjot jadi 30,1%. Pada tahun 2040, proporsi penggunaan EBT ditargetkan akan mencapai 41,3%.

Tahun 2045, proporsi penggunaan EBT diharapkan menyentuh angka 53,6%. Tahun 2050, target yang ditetapkan semakin tinggi yaitu di angka 64,7%. Tahun 2055, penggunaan EBT akan menyentuh angka 68,3%. Kemudian, pada tahun 2060 target penggunaan EBT dipatok di angka 73,6%, sementara persentase penggunaan bahan bakar fosil akan ditekan sampai 26,4%.

Untuk mewujudkan NZE pada tahun 2060, pemerintah juga memiliki tujuh strategi agar proporsi penggunaan EBT dapat terus ditingkatkan yaitu: implementasi co-firing biomassa di PLTU, akselerasi pengurangan penggunaan BBM pada pembangkit listrik, retrofitting pembangkit fosil, pembatasan penambahan PLTU, akselerasi pengembangan VRE (Variable Renewable Energy) dan tambahan pembangkit listrik, PLTA di Papua untuk produksi green H2 atau green NH3, serta pengembangan PLTN.

Baca Juga: IESR: Indonesia Miliki Potensi 584 Gigawatt EBT

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook