Pariwisata Indonesia menunjukkan perkembangan yang cukup positif setelah pandemi Covid-19. Diketahui sebelum pandemi, pariwisata di tanah air sukses menghasilkan devisa hingga US$16,91 miliar pada tahun 2019.
Kemudian, penurunan sebesar US$13,53 miliar langsung terjadi di tahun 2020, membuat pariwisata Indonesia hanya menghasilkan devisa sebanyak US$3,38 miliar. Bahkan, penuruhan kembali terjadi pada tahun 2021, yang membuat hasil devisa semakin rendah menjadi US$0,52 miliar. Hal ini dikonfirmasi Badan Pusat Statistik (BPS) melalui rilis bertajuk Statistik Pengeluaran Wisatawan Mancanegara 2023.
"Seiring membaiknya situasi COVID-19, seperti luasnya cakupan vaksinasi, pembukaan pintu masuk, serta pelonggaran kebijakan perjalanan telah mendorong kembali aktivitas pariwisata dan menghasilkan devisa sebesar USD 6,78 miliar di tahun 2022, atau pulih 40,10% dibanding kondisi tahun 2019," tulis BPS dalam rilisnya.
Keadaan menjadi semakin baik di tahun 2023. Data terkini menunjukkan bahwa sektor pariwisata Indonesia sukses membawa devisa sebanyak US$14 miliar pada tahun tersebut, membuat tahun 2023 mencatatkan perkembangan terbaik pasca pandemi. Itu berarti, terdapat kenaikan devisa sebanyak US$7,22 miliar dibanding tahun sebelumnya.
"Adapun di tahun 2023, sinyal positif pariwisata Indonesia semakin ditunjukkan dengan pulihnya sektor tersebut sebesar 82,79% dibandingkan tahun 2019," tambah BPS.
Pada momen terpisah, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) RI Sandiaga Salahudin Uno menyebut bahwa untuk mendorong percepatan pendapatan sektor pariwisata, pihaknya akan merancang Undang-Undang Kepariwisataan yang baru.
“Dari sisi kebijakan, anggaran dan keterlibatan harus kita tata dengan lebih baik. UU Nomor 10 tahun 2009 sudah hampir 15 tahun, harus sama-sama kita rancang untuk memberikan kontribusi yang lebih signifikan kedepan,” kata Sandiaga Uno dalam Parekraf.