Transisi Energi Berkelanjutan Indonesia Masih Tertinggal di G20

Berdasarkan laporan Ember, Indonesia masih sangat mengandalkan sumber energi tak terbarukan untuk memenuhi kebutuhan listriknya.

Negara G20 dengan Persentase Penggunaan Sumber Energi Tak Terbarukan Tertinggi

Sumber: Ember's Yearly Electricity Data
GoodStats

Transisi energi berkelanjutan merupakan salah satu sektor prioritas dalam Presidensi Group of 20 (G20) Indonesia pada 2022 lalu. Isu ini disorot mengingat dunia saat ini tengah menghadapi berbagai isu perubahan iklim. Peralihan menuju energi baru dan terbarukan yang lebih bersih menjadi penting demi menyongsong masa depan gemilang bagi komunitas global.

Sayangnya, Yearly Electricity Data yang dirilis Ember menunjukkan bahwa Indonesia masih tertinggal dalam hal transisi menuju energi berkelanjutan di antara negara G20 lainnya. Pasalnya, sumber energi listrik di Indonesia pada 2023 masih sangat mengandalkan energi tak terbarukan. Proporsinya mencapai 82%, terbesar keempat setelah Korea Selatan, Afrika Selatan, dan Rusia.

Sebaliknya, pemanfaatan energi terbarukan di tanah air masih teramat minim, yaitu baru 18% yang terdiri dari tenaga air (7%), bioenergi (6%), dan sumber energi terbarukan lainnya (5%). Berdasarkan laporan tersebut, Indonesia bahkan sama sekali belum mendayagunakan tenaga angin dan surya.

Indonesia Energy Transition Outlook 2023 bahkan mencatat penggunaan energi terbarukan masih di kisaran 11,2% dari keseluruhan sumber energi. Angka tersebut masih di bawah target pemerintah, yaitu 23% pada 2025.

Tidak hanya itu saja, ketika mayoritas negara G20 mengalami penurunan emisi karbon pada 2023, Indonesia malah mengalami peningkatan sebesar 4% dibanding 2022, sejalan dengan bertambahnya konsumsi listrik.

Di lain sisi, Brasil mengalami transisi energi yang sangat signifikan. Pada 2023, proporsi energi baru dan terbarukan menyentuh angka 89%. Sumber energi di negara tersebut didominasi oleh tenaga air, yaitu 60%. Sementara itu, tenaga angin dan solar serta bioenergi masing-masing menyumbang 21% dan 8%

Konsumsi listrik di Brasil juga melonjak sebagaimana yang terjadi di negara G20 lainnya. Namun, pendayagunaan sumber energi terbarukan juga meningkat tidak kalah pesatnya. Pada 2023, persentase penggunaan tenaga angin dan surya mencapai 21%, padahal tujuh tahun sebelumnya baru sekitar 5,8%.

Kini, setelah satu dekade lalu mengalami puncak emisi karbon, kapasitas pembangkit listrik tenaga angin dan surya di Brasil meningkat hingga 135 TWh, 10% lebih besar dibanding total konsumsi listrik di negara tersebut yang sebesar 123 TWh. Hal ini turut mengurangi penggunaan pembangkit listrik berbahan bakar fosil hingga 70 TWh.

Indonesia mempunyai potensi besar untuk bisa mengikuti kesuksesan Brasil mengingat pilihan energi terbarukan yang dimiliki begitu berlimpah, mulai dari geotermal hingga biomassa.

Apabila potensi ini dimaksimalkan, tidak hanya ketergantungan terhadap fosil saja yang berkurang, Indonesia juga bisa membuka lapangan pekerjaan baru serta melahirkan inovasi dan teknologi di sektor ini. Dalam jangka panjang, Indonesia pada akhirnya akan mampu mencapai kemandirian dan ketahanan energi.

Baca Juga: Indonesia Jadi Salah Satu Penyumbang Emisi Gas Rumah Kaca Terbesar di Dunia

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook