Hutan primer merupakan hutan yang dengan tingkat keanekaragaman hayati tertinggi, menyediakan beraneka layanan ekosistem sehingga penting untuk dipantau dalam perencanaan penggunaan lahan nasional dan perhitungan karbon.
Berdasarkan data Global Forest Watch (GWF), Indonesia telah kehilangan 4,5 juta hektare (ha) hutan primer selama satu dekade terakhir, dengan puncaknya terjadi pada tahun 2016 dengan 930 ribu ha hutan primer hilang.
Baca Juga: Indonesia Peringkat Ke-2 Negara dengan Deforestasi Terbesar
Luas kehilangan hutan primer di Indonesia menunjukkan tren menurun dalam satu dekade terakhir, meski kembali meningkat pada tiga tahun ke belakang. Mulanya, total kehilangan hutan primer di Indonesia mencapai 740 ribu ha pada tahun 2014. Angka ini sempat mengalami penurunan menjadi 670 ribu ha pada tahun 2015 sebelum akhirnya mencapai jumlah tertinggi selama satu dekade ke belakang pada periode berikutnya.
Pada 2017, luas kehilangan hutan primer merosot menjadi 370 ribu ha atau turun 60% dibandingkan tahun sebelumnya. Tren penurunan terjadi pada empat tahun berikutnya. Berturut-turut, jumlah kehilangan hutan primer pada tahun 2018, 2019, dan 2020 sebesar 340 ribu ha, 320 ribu ha, dan 270 ribu ha.
Hingga tahun 2021, angka kehilangan hutan primer di Indonesia mencapai titik terendah selama satu dekade, yaitu 200 ribu ha.
Adapun penurunan selama 2017–2021 tersebut dapat dikaitkan dengan kebijakan sektor kehutanan yang diperkuat pemerintah, seperti moratorium izin baru di hutan primer dan lahan gambut yang ditetapkan permanen pada 2019.
Upaya pengendalian kebakaran hutan juga ditingkatkan pasca bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi pada 2015–2016. Bencana ini dipicu oleh salah satu fenomena El Nino terkuat dalam dua dekade yang menyerang Pulau Kalimantan.
Namun, tren positif tersebut tidak sepenuhnya bertahan. Dalam tiga tahun terakhir, kehilangan hutan primer Indonesia mulai bergerak naik kembali. Pada tahun 2022, angkanya meningkat menjadi 230 ribu ha, lalu terus naik menjadi 290 ribu ha pada 2023.
Tahun 2024 menunjukkan sedikit perbaikan dengan penurunan ke 260 ribu ha, tetapi angkanya tetap lebih tinggi dibandingkan capaian terendah Indonesia pada 2021.
Data kehilangan yang dimaksud di sini adalah kematian hutan primer akibat berbagai faktor, termasuk penebangan mekanis, kebakaran, penyakit, atau kerusakan akibat badai. Dengan demikian, kehilangan tidak sama dengan deforestasi.
Baca Juga: 10 Provinsi dengan Hutan Adat Terluas 2025
Sumber:
https://www.globalforestwatch.org/dashboards/country/IDN/?lang=id&map=eyJjYW5Cb3VuZCI6dHJ1ZX0%3D