Di tengah gempuran berbagai macam platform digital, eksistensi radio tidak pelak lagi kian meredup. Sebagai masyarakat digital, media yang menawarkan teks multimodal menjadi andalan untuk mencari informasi dan hiburan. Media semacam ini memang memberikan pengalaman yang lebih kaya dibanding radio yang hanya menyajikan suara.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa pada 2021, masyarakat yang setia mendengarkan radio hanya 10,3%. Kendati penikmatnya kian tergerus, pamor radio tetap belum padam hingga sekarang. Menariknya, meski lekat dengan orang dewasa dan lansia, hasil survei GoodStats menunjukkan bahwa lebih dari separuh anak muda atau gen Z masih suka mendengarkan radio.
Penikmat muda mengakses radio dengan frekuensi yang berbeda-beda. Tercatat ada 10,8% responden yang mengaku mengonsumsinya setiap hari. Namun, lebih banyak responden yang mendengarnya 2-4 hari sekali dan sebulan sekali, masing-masing sebesar 14,6% dan 12%. Sementara itu, responden yang mendengarkan radio seminggu sekali dan dua minggu sekali lebih sedikit, masing-masing sebesar 9,4% dan 5,2%.
Demi mempertahankan eksistensi radio di tengah disrupsi teknologi, mantan Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi, menuturkan pentingnya beradaptasi dengan zaman melalui digitalisasi. Dengan ini, radio diharapkan mampu menyajikan konten dengan format interaktif dan teknologi maju sehingga bisa memikat lebih banyak pendengar.
“Disrupsi terhadap industri penyiaran menghadirkan tantangan bagi insan radio untuk terus mempertahankan eksistensinya. Hal tersebut memberikan urgensi industri penyiaran radio untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi,” tuturnya, sebagaimana dikutip dari Kementerian Komunikasi dan Digital.
Adapun survei dilakukan secara daring pada 5-16 Oktober 2024 dengan melibatkan 500 responden dari berbagai latar belakang yang tersegmentasi di seluruh Indonesia. Sebanyak 12% responden berusia kurang dari 18 tahun, sedangkan sisanya berusia 18-25 tahun.
Baca Juga: Orang Indonesia Mendengarkan Radio 32 Menit Per Hari