Sebagai program prioritas pemerintah, Makan Bergizi Gratis (MBG) diklaim memiliki banyak manfaat yang dirasakan tak hanya oleh anak sekolah saja, tetapi juga oleh keluarga dan masyarakat.
Salah satu dampak program yang diharapkan adalah penciptaan lapangan kerja baru bagi warga yang tinggal di sekitar Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) atau unit dapur umum yang dibentuk untuk mengelola dan mendistribusikan MBG.
Namun, apakah benar MBG menciptakan lapangan kerja baru sesuai dengan klaim pemerintah?
Baca Juga: Benarkah MBG Mengurangi Beban Pengeluaran Makan Keluarga?
Center of Economic and Law Studies (CELIOS) melakukan studi dengan pendekatan kuantitatif berupa survei untuk membuktikan apakah MBG sudah menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat. Survei ini melibatkan 1.721 responden yang tersebar di wilayah perdesaan, pinggiran kota, hingga perkotaan, sehingga mewakili keragaman sosial dan demografis penduduk Indonesia.
Berdasarkan hasil survei, 40,03% responden setuju bahwa MBG telah menciptakan lapangan kerja baru bagi warga. Meski begitu, hanya sebagian kecil warga saja yang dilibatkan dan terserap menjadi tenaga kerja untuk menyediakan makanan bergizi di SPPG.
Kemudian, 36,39% responden merasa MBG memang telah menciptakan lapangan kerja baru bagi warga dan banyak warga yang juga dilibatkan untuk menjalankan program MBG ini. Banyak warga yang mendapatkan pekerjaan tambahan menjadi koki dan mengurus bagian logistik serta distribusi MBG.
Sementara itu, 6,74% responden mengakui bahwa mereka tidak tahu apakah program MBG menciptakan lapangan kerja di lingkungan yang mereka tinggali.
Data ini menunjukkan bahwa memang sudah ada lapangan kerja baru yang tercipta karena program MBG ini, tetapi lapangan kerja yang dihasilkan belum dirasa merata oleh warga. Bahkan pada lingkungan yang berskala kecil saja, peluang kerja di SPPG masih bersifat sempit, temporer, dan eksklusif.
Baca Juga: Kasus Keracunan MBG Capai 15 Ribu pada Januari-November 2025
Sumber:
https://celios.co.id/makan-tidak-bergizi-tidak-gratis/