Pengetahuan investasi sebagai bentuk literasi keuangan makin penting dikuasai oleh semua orang mengingat kondisi perekonomian yang sangat dinamis. Kemampuan ini berguna untuk membantu mengelola kekayaan dan merencanakan tujuan jangka panjang dengan lebih baik sehingga kestabilan finansial bisa tercapai di masa depan.
Kabar baiknya, survei Jakpat bertajuk Indonesia Investment Trends mengungkapkan bahwa sebagian besar orang Indonesia telah menyadari urgensi berinvestasi. Sebanyak tiga dari empat responden bahkan mengatakan pernah memiliki produk investasi, sementara 83% mengaku mengelola produk yang mereka pilih secara teratur.
Tidak hanya itu, mayoritas orang Indonesia ternyata telah memulai investasi di usia yang cukup belia, yaitu 20 tahunan, bahkan tidak sedikit yang melakukannya lebih awal. Di antara responden yang rutin berinvestasi, sebanyak 45% menjalaninya paling tidak selama dua tahun.
Tingginya minat investasi ini kemungkinan besar didorong oleh perkembangan teknologi, yang tidak hanya memungkinkan orang Indonesia teredukasi dengan informasi seputar investasi tetapi juga tumbuhnya platform investasi digital. Saat ini, berbagai platform investasi digital banyak bermunculan, menawarkan beragam keunggulan dan fitur untuk merebut hati investor potensial.
Berdasarkan temuan Jakpat, orang Indonesia paling banyak menggunakan aplikasi Bibit untuk berinvestasi secara digital. Bibit bahkan menjadi pemain utama dalam tiga instrumen investasi sekaligus, yaitu reksa dana, saham, dan obligasi.
Di antara investor yang memiliki produk reksa dana, sebanyak 62% mengaku menggunakan Bibit, 23% memakai Reksa Dana (DANA), lalu 20% memilih Ajaib. Sementara pada instrumen saham, Bibit masih memimpin dengan persentase 46%, kemudian Ajaib 45%, dan terakhir Stockbit 32%. Bibit juga unggul di instrumen obligasi karena dipilih oleh 62% responden, kemudian disusul Bareksa dan MOST, masing-masing sebanyak 31% dan 17%.
Sementara itu, pada instrumen emas, pegadaian digital menjadi preferensi utama dengan persentase 34%, diikuti oleh DANA eMas sebanyak 30% dan Tokopedia Emas sebanyak 19%. Terakhir, pada instrumen cryptocurrency, Indodax menjadi pilihan utama dengan persentase 56%, bersaing dengan PINTU yang digunakan oleh 35% responden dan Binance dengan 30% responden.
Adapun lima pertimbangan teratas responden dalam memilih platform investasi digital antara lain: secara resmi terdaftar OJK (60%), aplikasinya mudah digunakan (49%), metode pembayarannya mudah (49%), bagian dari perusahaan terpercaya (42%), dan punya reputasi positif di media sosial (35%).
Lalu, alasan utama mengapa orang Indonesia berinvestasi meliputi: untuk mempersiapkan dana darurat (57%), memperoleh pendapatan tambahan (44%), menyiapkan dana pensiun (41%), untuk tujuan finansial lain (36%), dan memastikan dana edukasi anak (32%).
Sebagai tambahan informasi, survei Jakpat ini melibatkan 2.088 responden dari berbagai generasi serta latar belakang ekonomi dan pekerjaan yang tersebar di penjuru Indonesia, mayoritas Pulau Jawa. Data diperoleh dari kuesioner yang didistribusikan di aplikasi seluler Jakpat pada 1-2 Oktober 2024, dengan margin of error di bawah 5%.
Baca Juga: Literasi Keuangan Naik, Menabung Masih Lebih Digemari daripada Investasi