Bidan masih jadi penopang utama layanan kesehatan ibu dan anak di tanah air, terutama pada prosesi kelahiran. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), sebanyak 50,55% ibu Indonesia menjadikan bidan sebagai penolong utamanya ketika melahirkan Anak Lahir Hidup (ALH) pada tahun 2025.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI juga menekankan bahwa bidan memiliki peran strategis dalam menekan angka kematian ibu dan bayi dengan pelayanan yang berfokus pada keselamatan dan pendampingan berkelanjutan.
Kolegium Kebidanan bersama Konsil Kesehatan Indonesia (KKI) resmi meluncurkan Kerangka Pengembangan Kurikulum Pendidikan Kebidanan Indonesia yang menjadi langkah strategis untuk meningkatkan mutu pendidikan kebidanan dan memperkuat peran bidan dalam menjaga kesehatan ibu dan bayi di Indonesia.
Ketua KKI, Arianti Anaya menyampaikan bahwa pendidikan kebidanan yang kuat adalah kunci untuk mencetak bidan yang tidak hanya cakap secara klinis, tetapi juga mampu berkomunikasi dan berkolaborasi secara efektif dalam sistem layanan kesehatan.
“Bidan harus menjadi ujung tombak dalam transformasi layanan primer, terutama dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir yang masih tinggi di Indonesia,” tegasnya dalam peluncuran kurikulum di Jakarta, Kamis (19/6/2025).
Setelah bidan, dokter kandungan juga turut disebut sebagai tulang punggung utama persalinan ibu dengan proporsi ibu yang ditolong oleh dokter kandungan sebesar 44,42%. Meskipun dengan angka yang lebih kecil, kehadiran dokter kandungan tetap krusial dalam penanganan persalinan berisiko tinggi atau membutuhkan tindakan medis lebih lanjut.
Di sisi lain, masih terdapat sebagian kecil masyarakat yang mengandalkan dukun beranak yaitu sebanyak 2,05%. Angka ini menandakan bahwa praktik persalinan tradisional masih tetap bertahan di beberapa daerah, terutama di wilayah yang akses terhadap tenaga kesehatan modern masih terbatas.
Tidak hanya dokter kandungan, dokter umum juga kerap dijadikan penolong utama ketika ibu melahirkan ALH, yaitu dengan angka 1,64%. Sementara perawat dan tenaga kesehatan lainnya mencatat persentase berturut-turut 0,73% dan 0,29%.
Adapun terdapat pula 0,06% ibu yang tidak ada dibantu oleh siapa pun ketika melahirkan. Sedangkan, 0.25% sisanya ditolong oleh pihak lain yang tidak ada dalam daftar ini.
Tingginya proporsi persalinan yang ditangani oleh bidan menunjukkan pentingnya pemerataan tenaga bidan di berbagai wilayah, terutama di daerah pedesaan dan terpencil. Pemerataan ini tidak hanya untuk memastikan setiap ibu mendapatkan layanan yang aman dan berkualitas, tetapi juga menjadi langkah nyata dalam memperkuat layanan kesehatan primer di Indonesia.
Dengan dukungan pendidikan berkelanjutan, kebijakan yang berpihak pada tenaga kesehatan daerah, serta kolaborasi lintas sektor, bidan diharapkan dapat terus menjadi garda terdepan dalam menjaga keselamatan ibu dan bayi di seluruh penjuru negeri.
Baca Juga: 10 Tantangan Ibu Indonesia Setelah Melahirkan
Sumber:
https://www.bps.go.id/id/publication/2025/10/10/b37dd4fb6b1727f8cf3c0271/statistik-kesejahteraan-rakyat-2025.html
https://kemkes.go.id/id/kolegium-kebidanan-luncurkan-kurikulum-baru-bekal-baru-bagi-calon-bidan-indonesia