Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja 2024: Tertinggi Usia 31-40 Tahun

Meski menurun, Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja masih terjaga dengan baik. Indeks tertinggi diperoleh kelompok usia 20 hingga 40 tahun.

Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Menurut Kelompok Usia (Juni 2024)

Sumber: Bank Indonesia
GoodStats

Laporan Survei Konsumen Juni 2024 dari Bank Indonesia (BI) mengungkap bahwa persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi RI per Juni 2024 masih kuat, salah satunya dibuktikan dengan rapor Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja yang terjaga dengan baik, meski sedikit menurun dari 113,6 saat Mei 2024 lalu menjadi 106,8.

Meski banyak yang mengeluhkan sulitnya mencari pekerjaan di kala usia lebih dari 25 tahun, data yang dihimpun BI menunjukkan bahwa kelompok usia 31-40 tahun memiliki Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja tertinggi per Juni 2024, yakni sebesar 112,2. Indeks tertinggi kedua diraih kelompok usia 20-30 tahun dengan nilai 107.

Mereka yang masuk kelompok usia 31-40 tahun kebanyakan telah berpengalaman di bidang tertentu dan memiliki keterampilan manajerial. Akibatnya, lapangan kerja yang tersedia pun cukup luas, biasanya untuk mengisi posisi senior, lead, atau setingkat manajer.

Sementara itu, banyak pula perusahaan yang mencari talenta-talenta muda usia 20-an untuk mengisi posisi entry-level. Alasan lainnya, kelompok usia 20-30 tahun yang baru memulai karier atau belum lama berkarier dapat digaji lebih rendah dari kandidat yang punya pengalaman cukup lama.

Selain keterampilan dan pengalaman, faktor adaptabilitas juga berpengaruh. Pekerja usia 20 hingga 30-an cenderung lebih mudah belajar teknologi dan dapat bekerja dengan mobilitas tinggi, menjawab tantangan karier masa kini.

Berikutnya, usia 41-50 memiliki Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja sebesar 106,4, disusul kelompok usia 51-60 tahun dengan skor sebesar 101,3. Indeks terendah diraih oleh kelompok usia lebih dari 60 tahun, yakni 88,9.

Penurunan indeks ini sebenarnya telah diprediksi sejak awal tahun. Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual, berpandangan bahwa penurunan terjadi karena berbagai faktor, seperti harga komoditas yang stagnan dan digitalisasi di berbagai aspek kehidupan.

“(Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja) cenderung stagnan ya. Hanya turun tipis karena mekanisasi, digitalisasi, dan otomasi perlahan mulai memengaruhi kondisi ketenagakerjaan,” ungkap David, melansir Kompas.

Baca juga: Perkembangan Tingkat Pengangguran di Indonesia

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook