Di tengah gencarnya pembangunan dan digitalisasi pendidikan, nyatanya masih banyak anak di Indonesia yang tak bisa melanjutkan jenjang sekolah dasar. Di balik bangku-bangku kosong yang tertinggal, tersimpan cerita tentang keterbatasan ekonomi, keterpencilan wilayah, hingga minimnya kesadaran akan pentingnya pendidikan dasar.
Berdasarkan data Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) tahun ajaran 2024/2025, tercatat lebih dari 114 ribu anak usia SD di Jawa Barat tidak lagi bersekolah, baik karena tidak mampu, dikeluarkan, atau telah lulus namun tidak lanjut ke pendidikan ke jenjang menengah (SMP). Jumlah ini menempatkan Jawa Barat di posisi teratas sebagai provinsi dengan angka putus sekolah tertinggi untuk jenjang SD di Indonesia.
Jawa Tengah menyusul dengan 59.662 anak putus sekolah dasar, diikuti Jawa Timur dengan 57.026 anak dan Sumatra Utara dengan 39.553 anak yang juga mengalami hal serupa. Sulawesi Selatan, Sumatra Selatan, dan Banten pun turut mencatatkan angka tinggi, masing-masing dengan lebih dari 28 ribu kasus.
Masalah ini tak bisa dilepaskan dari kompleksitas faktor sosial dan ekonomi. Banyak keluarga di daerah masih kesulitan memenuhi kebutuhan dasar, sehingga pendidikan kerap kali dianggap sebagai beban tambahan. Di sisi lain, masih ada wilayah-wilayah yang akses terhadap sekolah formalnya belum memadai baik karena jarak yang jauh, infrastruktur minim, atau keterbatasan guru.
Menanggapi hal tersebut, Anggota Komisi V DPRD Jawa Barat, Zaini Shofari, menekankan agar pemerintah fokus menyelesaikan akar persoalan anak putus sekolah, bukan sekadar merapikan data di permukaan. Ia menilai, pembenahan harus dimulai dari penggunaan data yang sudah tersedia, lalu diterjemahkan menjadi aksi nyata untuk membuka ruang pendidikan seluas mungkin.
“Saya lebih suka menggunakan data yang sekarang sudah ada untuk kemudian terus diperbaiki dalam artian yang tidak sekolah harus disekolahkan, sekolah membuka ruang yang seluas-luasnya, khususnya bagi anak-anak tidak sekolah,” ujar Zaini pada Jumat (23/5/2025) dikutip dari detik.com.
Situasi ini menjadi cermin bahwa pembangunan pendidikan tidak cukup hanya dari aspek fasilitas, tetapi juga dari perubahan paradigma sosial. Dukungan program afirmatif seperti bantuan sosial pendidikan, perluasan beasiswa, serta pendekatan komunitas menjadi penting agar pendidikan benar-benar hadir hingga ke rumah-rumah warga yang paling membutuhkan.
Menilik angka yang begitu besar dari Jawa Barat, pertanyaannya bukan hanya “mengapa” tapi juga “apa langkah selanjutnya”. Apakah pemerintah daerah telah memiliki strategi khusus? Bagaimana intervensi pusat dalam mengatasi kesenjangan pendidikan ini?
Berikut merupakan daftar seluruh provinsi jumlah anak tidak sekolah pada SD/sederajat dikarenakan putus atau tidak lanjut ke jenjang menengah:
- Aceh: 16.795 orang
- Sumatra Utara: 39.553 orang
- Sumatra Barat: 16.088 orang
- Riau; 26.881 orang
- Jambi: 11.351 orang
- Sumatra Selatan: 29.622 orang
- Bengkulu: 5.088 orang
- Lampung: 22.028 orang
- Kepulauan Bangka Belitung: 6.075 orang
- Kepulauan Riau: 3.379 orang
- DKI Jakarta: 14.222 orang
- Jawa Barat: 114.513 orang
- Jawa Tengah: 59.662 orang
- DI Yogyakarta: 1.862 orang
- Jawa Timur: 57.026 orang
- Banten: 28.794 orang
- Bali: 4.135 orang
- Nusa Tenggara Barat: 10.821 orang
- Nusa Tenggara Timur: 18.421 orang
- Kalimantan Barat: 23.765 orang
- Kalimantan Tengah: 11.640 orang
- Kalimantan Selatan: 13.107 orang
- Kalimantan Timur: 9.570 orang
- Kalimantan Utara: 2.834 orang
- Sulawesi Utara: 6.344 orang
- Sulawesi Tengah : 11.708 orang
- Sulawesi Selatan : 32.584 orang
- Sulawesi Tenggara: 8.992 orang
- Gorontalo: 7.150 orang
- Sulawesi Barat: 7.119 orang
- Maluku: 6.448 orang
- Maluku Utara: 4.319 orang
- Papua: 3779 orang
- Papua Barat: 2.278 orang
- Papua Selatan: 4.090 orang
- Papua Tengah: 3.580 orang
- Papua Pegunungan: 1.728 orang
- Papua Barat Daya: 2.249 orang
Baca Juga: Kekerasan Anak kerap Terjadi, Jawa Barat Catat Kasus Terbanyak Sepanjang 2024
Sumber:
https://data.kemendikdasmen.go.id/dataset/p/peserta-didik/jumlah-anak-tidak-sekolah-pada-sd-sederajat-dikarenakan-putus-sekolah-atau-lulus-tidak-melanjutkan-2024-sd-mi-sederajat
https://www.detik.com/jabar/berita/d-7928390/658-ribu-anak-putus-sekolah-fraksi-ppp-minta-dedi-mulyadi-turun-tangan