Kopi dan Cokelat Masuk Jajaran Makanan Penghasil Emisi Karbon Tertinggi

Siapa sangka, bahan makanan di sekitar kita turut berkontribusi menghasilkan gas rumah kaca dari proses produksi hingga pengolahannya.

Makanan dengan Emisi Karbon Tertinggi

Sumber: Ritchie et. al. (2022)
GoodStats

Upaya mengurangi produksi emisi karbon sudah banyak dilakukan dengan membatasi penggunaan kendaraan pribadi hingga meminimasi limbah sampah. Namun nyatanya, bahan makanan yang biasa dikonsumsi juga berperan dalam menghasilkan gas rumah kaca (GRK). Rilis UN Climate Action membahas bagaimana proses produksi hingga distribusi makanan berdampak pada meningkatnya jejak karbon.

Daging sapi menjadi bahan makanan dengan jumlah emisi karbon tertinggi, mencapai 99,48 kgCO2eq per kilogram. Riset yang dilakukan oleh Ritchie et. al (2022) dalam Our World in Data menjelaskan secara detail bahwa produksi emisi karbon dari hasil agrikultur (pertanian, perkebunan, perikanan, dan peternakan) disebabkan oleh penggunaan sumber daya alam dan panjangnya rantai pasok yang harus dilalui.

Hal ini juga yang menyebabkan cokelat (46,65 kgCO2eq per kilogram) dan kopi (28,53 kgCO2eq per kilogram) masuk deretan makanan penghasil emisi karbon tertinggi, mengingat perjalanan panjang yang dilalui kedua makanan itu untuk sampai di tangan konsumen.

Komoditas lain dengan tingkat emisi karbon tinggi adalah udang (26,87 kgCO2eq per kilogram) dan ikan (13,63 kgCO2eq per kilogram) yang berasal dari hasil budidaya. Aktivitas budidaya yang berisiko tinggi karbon berasal dari kegiatan produksi pakan ikan dan alih guna lahan (Lutz, 2021)

Di sisi lain, bahan makanan dari hasil pertanian seperti beras, jagung, gandum, dan singkong juga menghasilkan emisi karbon dengan rentang 1,32–4,45 kgCO2eq per kilogram.

Praktik budidaya pertanian untuk menghasilkan bahan pangan sedang digenjot agar dapat lebih lestari. Melalui inisiasi dari WRI yaitu Sistem Pangan Lestari, petani diajak untuk menerapkan prinsip pertanian regeneratif yang bertujuan agar sistem pangan dapat menekan produksi emisi karbon melalui transformasi tata guna lahan hingga efisiensi rantai pasok.

Apabila dilihat lebih menyeluruh, upaya mengurangi emisi karbon tidak lagi dilakukan di ranah perilaku konsumsi, namun juga melibatkan proses produksi yang perlu terus diupayakan agar lebih efisien dan menerapkan prinsip bertanggung jawab.

“Informasi (mengenai dampak emisi karbon pada makanan) ini dapat meningkatkan kesadaran dan mendorong aksi yang berdampak” ujar Maximo Torero, FAO Chief Economist.

Baca Juga: Emisi Agri Pangan Sumbang 31% terhadap Emisi Dunia

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook