Krisis ekologis merupakan segala permasalahan yang dapat merusakan lingkungan hidup dan ekosistem yang pada akhirnya mengancam kelangsungan hidup umat manusia. Krisis ini meliputi perubahan iklim, kerawanan pangan, bencana alam, dan kelangkaan air.
Institute for Economics & Peace (IEP) menerangkan bahwa negara dengan ancaman ekologis yang tinggi lebih berisiko terdampak konflik sehingga keselamatan dan keamanan masyarakatnya lebih rendah.
Dalam laporannya yang bertajuk Ecological Threat Report 2024, Indonesia mencatatkan penurunan ancaman ekologis dibanding tahun lalu. Skor ancaman ekologis yang diperoleh sebesar 2,82, berkurang 1,69 poin terhadap 2023 yang berada di angka 4,51.
Skor ancaman ekologis tersebut diukur dalam skala 1-5. Makin tinggi angkanya, makin besar pula risiko krisis yang menimpa suatu negara. Besaran skor tahun ini menempatkan Indonesia dalam kategori menengah, setelah di tahun sebelumnya tergolong sangat tinggi.
Skor ancaman ekologis tersusun atas empat indikator, yaitu tekanan demografis atau pertumbuhan penduduk, dampak bencana alam, kerawanan pangan, dan kelangkaan air. Dari keempat indikator tersebut, kelangkaan air masih menjadi permasalahan terbesar dengan skor 3,87.
Laporan ini memberi keterangan bahwa kelangkaan air tidak selalu berkorelasi dengan minimnya sumber daya air. Banyak negara yang memiliki tingkat sumber daya air per kapita yang tinggi tetapi tidak memiliki ketahanan dan lembaga yang memadai untuk menyediakan air bersih warga.
Sementara itu, kendati membaik, ancaman ekologis Indonesia masih tinggi dibandingkan negara-negara ASEAN. Di tataran regional, Indonesia menduduki urutan keenam. Negara dengan krisis ekologis di kategori sangat rendah hanya terjadi di Singapura (1,46) dan Thailand (1,63). Brunei Darussalam dengan skor 2,46 masuk kategori rendah, sementara status Malaysia (2,61) dan Vietnam (2,7) menengah, sama seperti Indonesia.
Secara global, di antara 207 wilayah yang diteliti, tercatat ada 50 negara yang menghadapi tingginya krisis ekologis, sebagian besar berada di wilayah Afrika Sub-Sahara. Niger menjadi dengan krisis ekologis ekstrem, skornya menyentuh angka 5. Afghanistan dan Chad mengekor, masing-masing memperoleh skor 4,84 dan 4,81.
Baca Juga: 60% Warga RI Lebih Khawatir pada Perubahan Iklim di Tahun Ini