Laporan Indeks Keselamatan Jurnalis 2024, yang disusun oleh Yayasan Tifa mengungkapkan bahwa mayoritas jurnalis di Indonesia mendapatkan pelatihan atau pendidikan keselamatan. Penelitian ini juga menggandeng Perhimpunan Pengembangan Media Nusantara (PPMN) dan Human Rights Working Group (HRWG) dalam konsorsium Jurnalisme Aman, serta didukung oleh Populix sebagai mitra riset.
Pada dasarnya, program pelatihan keselamatan jurnalis bukan hanya investasi sumber daya manusia, tetapi juga upaya menjaga kualitas berita, memastikan keselamatan kerja, dan meningkatkan daya saing media di era informasi yang semakin kompleks.
Berdasarkan tempat pelatihan, mayoritas responden dengan skala 86% menerima pelatihan dari perusahaan medianya sendiri, sementara 77% mendapatkannya dari organisasi jurnalis seperti AJI dan AMSI.
Di sisi lain, perusahaan media lain juga menjadi sumber pelatihan bagi 64% responden, diikuti oleh NGO terkait (60%) dan universitas atau sekolah jurnalistik (57%). Sementara itu, pelatihan dari lembaga internasional seperti Committee to Protect Journalists (CPJ) dan Reporters Without Borders (RSF) hanya diakses oleh 46% responden, dan kementerian terkait mencatat angka terendah dengan 45%.
Data ini menunjukkan bahwa pelatihan keselamatan jurnalis lebih mudah diakses dan lebih banyak disediakan oleh sektor swasta dibandingkan pemerintah atau lembaga internasional. Padahal, keselamatan jurnalis sangat penting mengingat risiko yang mereka hadapi di lapangan.
Adapun, penelitian ini dilakukan melalui survei pada 30 Oktober hingga 6 Desember 2024, dengan melibatkan 760 jurnalis aktif dari seluruh Indonesia sebagai responden, dengan tujuan untuk mendapatkan data yang representatif dan komprehensif.
Dari responden yang pernah mengikuti pelatihan keselamatan jurnalis, 96% peserta puas dan menilai pelatihan tersebut efektif. Meskipun angka ini menunjukkan keberhasilan, ke depannya perusahaan dan lembaga perlu memastikan efektivitas pelatihan tidak hanya diukur dari kepuasan peserta, tetapi juga dari penerapan praktik keselamatan di lapangan.
Baca Juga: Kasus Serangan Digital terhadap Jurnalis & Media di Indonesia Masih Tinggi