Ramadan 2025, 82% Publik Mengalokasikan Anggaran untuk Zakat, Infaq, Dan Sedekah

Mayoritas publik RI mengalokasikan anggaran yang lebih besar untuk keperluan Ramadan.

Gaya Hidup dan Konsumsi Masyarakat Indonesia Ramadan Tahun 2025

Sumber: Jakpat
GoodStats

Memasuki bulan Ramadan 2025, perilaku konsumsi dan preferensi masyarakat Indonesia mengalami sejumlah perubahan yang menarik. Berdasarkan survei Jakpat terhadap 1.702 responden Muslim, tercatat bahwa mayoritas masyarakat mengalokasikan anggaran yang lebih besar untuk keperluan Ramadan dibanding bulan biasa maupun Ramadan tahun sebelumnya.

Sebanyak 82% responden merencanakan pengeluaran utama untuk zakat dan infaq, 75% untuk kebutuhan makanan, dan 66% untuk acara buka puasa bersama. Sebagian besar dana ini bersumber dari gaji bulanan dan tunjangan hari raya (THR).

Dalam hal belanja, pakaian, perlengkapan ibadah, dan aksesori fashion menjadi produk yang paling banyak diburu selama Ramadan. Sebanyak 91% responden membeli pakaian untuk Lebaran, dengan wanita menunjukkan kecenderungan lebih tinggi dalam membeli produk kecantikan dan perlengkapan ibadah.

Belanja online menjadi pilihan utama sebelum Ramadan dimulai, sedangkan belanja offline justru meningkat mendekati hari Lebaran, menunjukkan bahwa masyarakat masih menyukai pengalaman belanja langsung menjelang hari raya.

Sementara itu, dalam aspek konsumsi makanan, lebih dari 90% responden masih memilih memasak sendiri untuk sahur dan berbuka. Namun, responden di wilayah Jabodetabek cenderung lebih sering memanfaatkan layanan pesan antar makanan atau takeaway, seiring dengan kemudahan akses dan gaya hidup urban.

Tradisi buka puasa bersama (bukber) juga masih menjadi kebiasaan yang dijaga. Sekitar 62% responden menyatakan minat untuk hadir dalam acara bukber, terutama dengan keluarga dan sahabat dekat. Generasi Z lebih banyak memilih berkumpul dengan teman, sementara generasi yang lebih tua, seperti Milenial dan Gen X, memiliki berbagai relasi yang lebih luas, termasuk tetangga, rekan kerja, hingga komunitas.

Selain itu, fenomena pengiriman hampers Ramadan juga masih kuat. Lebih dari separuh responden berencana mengirimkan bingkisan, dengan jenis isi yang paling populer adalah kue, makanan kemasan, dan sembako.

Sebagian besar responden membelinya dari toko offline dan e-commerce, dengan kisaran anggaran terbanyak antara Rp100.000 hingga Rp500.000. Menariknya, responden nonmuslim pun turut berpartisipasi dalam tradisi ini, dengan pola pengeluaran dan jenis hampers yang serupa.

Dalam konteks mobilitas, 50% responden merencanakan mudik atau liburan selama Ramadan dan Idulfitri. Puncak arus mudik diprediksi terjadi pada minggu keempat Ramadan, sementara kegiatan liburan lebih banyak direncanakan setelah hari raya. Ini menunjukkan bahwa mobilitas warga tetap tinggi, sekalipun terdapat kemungkinan perubahan dalam cara dan waktu bepergian.

Survei ini memperlihatkan bagaimana Ramadan tidak hanya menjadi momen spiritual, tetapi juga momentum sosial dan ekonomi yang menggerakkan berbagai sektor. Pemahaman terhadap tren ini penting bagi pelaku usaha, pembuat kebijakan, hingga individu yang ingin lebih selaras dengan dinamika masyarakat selama bulan suci.

Baca Juga: Gaji dan THR Jadi Andalan Utama untuk Cukupi Kebutuhan Ramadan 2025

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook