Meningkatnya aktivitas digital masyarakat Indonesia turut diiringi dengan risiko kejahatan siber yang kian nyata. Dari transaksi keuangan, belanja daring, hingga komunikasi sehari-hari, ruang digital kini menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan publik. Namun, di balik kemudahan tersebut, ancaman kejahatan siber terus berkembang dengan modus yang semakin beragam dan sulit dikenali.
Survei Diginex yang bekerja sama dengan Inventure dan ivosights menyebutkan bahwa 34,3% responden setidaknya pernah menjadi korban kejahatan siber 2-3 kali dalam 12 bulan terakhir. Bahkan, ada pula 6% responden yang mengalami lebih dari 5 kali kejahatan siber, menegaskan pentingnya kewaspadaan dan pencegahan untuk memastikan ekosistem digital tetap aman.
Baca Juga: 22% Pengguna Internet Indonesia Alami Penipuan Online
Dari banyaknya bentuk kejahatan siber yang ada, 26,7% responden mengaku mengalami penipuan online. Salah satu yang paling banyak terjadi adalah penggunaan identitas palsu, di mana pelaku kerap menyamar sebagai pihak yang meyakinkan, seperti instansi pemerintah, bank, hingga selebritas, untuk menipu korbannya.
Selain itu, penipuan dengan tekanan untuk bertindak cepat, di mana pelaku memanfaatkan korban yang dalam kondisi panik dan tidak mampu berpikir panjang, juga banyak ditemukan. Ragam penipuan ini perlu diwaspadai, apalagi kehadiran AI membuat banyak orang kesulitan membedakan mana konten asli dan mana buatan AI.
Penyebaran informasi palsu atau hoaks juga pernah dialami oleh 18% responden, diikuti oleh 14,2% responden yang pernah menjadi korban peretasan akun. Setiap pengguna internet diharapkan menggunakan kata sandi yang kuat dan mengaktifkan verifikasi dua langkah buat memastikan setiap akunnya aman dari tangan peretas.
Terakhir, 13,9% responden pernah menerima pesan tautan mencurigakan, yang jika diklik dapat otomatis mengambil data pribadi, termasuk hal-hal penting seperti nomor identitas dan kata sandi bank.
Mereka yang pernah menjadi korban kejahatan siber cenderung beralih ke layanan digital lain yang dianggap lebih aman. Ada pula 21,1% responden yang sepenuhnya berhenti menggunakan layanan tersebut.
Adapun survei ini melibatkan total 625 responden yang mayoritas berdomisili di Jabodetabek. Sebanyak 69% responden merupakan Gen Z, 26% Milenial, dan 3% merupakan Gen X dari ragam profesi dan latar belakang, memberi gambaran komprehensif lintas generasi mengenai tren digital di Indonesia pada 2026.
Baca Juga: 330 Kasus Serangan Siber Ancam Indonesia 2024
Sumber:
https://diginex.id/download.html