SNLIK 2025: Kelompok Usia Produktif Pimpin Literasi dan Inklusi Keuangan Nasional

SNLIK 2025 menunjukkan bahwa generasi usia 18–35 tahun menjadi kelompok dengan tingkat literasi dan inklusi keuangan tertinggi.

Perbandingan Indeks Literasi dan Inklusi Keuangan Berdasarkan Kelompok Umur

(Tahun 2025)
Ukuran Fon:

Hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2025 mencatat peningkatan pemahaman dan akses masyarakat terhadap layanan keuangan. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Badan Pusat Statistik (BPS) melalui metode keberlanjutan, indeks literasi keuangan nasional mencapai 66,46%, sedangkan indeks inklusi keuangan naik menjadi 80,51%.

Indeks literasi keuangan menggambarkan pemahaman dan kemampuan masyarakat dalam mengelola keuangan. Sementara indeks inklusi keuangan menunjukkan tingkat akses dan penggunaan layanan keuangan formal seperti tabungan, kredit, atau asuransi.

Peningkatan ini menunjukkan bahwa berbagai program edukasi keuangan yang dijalankan pemerintah bersama Dewan Nasional Keuangan Inklusif (DNKI) mulai memberikan hasil positif. Meski begitu, masih terlihat kesenjangan literasi dan inklusi antar kelompok umur. Artinya, tidak semua lapisan masyarakat memperoleh pemahaman dan akses keuangan yang sama.

Grafik di atas memperlihatkan bahwa kelompok usia 18–35 tahun memiliki tingkat literasi dan inklusi keuangan tertinggi di Indonesia pada 2025. Kelompok 26–35 tahun mencatat indeks literasi keuangan tertinggi, yaitu 74,04%, diikuti 18–25 tahun sebesar 73,22%.

Sementara itu, indeks inklusi keuangan pada kelompok usia 18-25 tahun mencapai 89,96% dan kelompok usia 26-35 tahun sebesar 86,1%.

Sebaliknya, tingkat literasi dan inklusi masih lebih rendah pada kelompok usia 15–17 tahun dan 51–79 tahun. Kelompok remaja umumnya belum memiliki pengalaman dalam mengelola keuangan atau menggunakan produk keuangan formal. Di sisi lain, kelompok lanjut usia sering menghadapi hambatan digital dan rasa kurang percaya terhadap layanan keuangan modern.

Secara umum, kelompok usia produktif menjadi pendorong utama peningkatan inklusi keuangan nasional. Kelompok ini lebih terbiasa menggunakan layanan digital seperti mobile banking, dompet elektronik, maupun pinjaman daring.

Perbedaan ini memberikan gambaran penting bagi pembuat kebijakan. Upaya literasi keuangan perlu disesuaikan dengan karakteristik tiap generasi: pendekatan edukatif dan aplikatif untuk remaja, serta cara yang lebih sederhana dan berbasis kepercayaan untuk kelompok lanjut usia.

Temuan SNLIK 2025 juga sejalan dengan fokus OJK yang menyoroti beberapa kelompok masyarakat dengan tingkat literasi dan inklusi di bawah rata-rata nasional. Selain kelompok usia 15–17 tahun dan 51–79 tahun, perempuan, masyarakat perdesaan, individu berpendidikan rendah, serta pekerja sektor informal juga termasuk dalam prioritas utama program literasi keuangan.

Peningkatan literasi dan inklusi di kelompok-kelompok tersebut menjadi fokus kebijakan dan edukasi OJK dalam Peta Jalan Pengawasan Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen 2023–2027, serta mendukung arah pembangunan keuangan dalam RPJMN 2025–2029 dan RPJPN 2025–2045.

Baca Juga: Indeks Literasi dan Inklusi Keuangan Indonesia Naik pada 2025

Sumber:

https://ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/siaran-pers/Pages/OJK-dan-BPS-Umumkan-Hasil-Survei-Nasional-Literasi-Dan-Inklusi-Keuangan-SNLIK-Tahun-2025.aspx

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook