Impor memiliki peranan penting dalam perekonomian Indonesia, terutama dalam mendukung keberlangsungan industri dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Impor memungkinkan tersedianya berbagai barang yang belum dapat diproduksi dalam negeri, mulai dari bahan baku industri hingga barang konsumsi rumah tangga.
Selain itu, besarnya nilai impor juga menjadi indikator untuk menilai struktur ekonomi nasional, apakah perekonomian lebih didorong oleh konsumsi, investasi, dan kegiatan produksi dalam negeri atau malah sebaliknya? Oleh karena itu, memahami komposisi impor menurut penggunaan barang memberikan gambaran mengenai arah pembangunan ekonomi Indonesia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), struktur impor Indonesia pada Agustus 2025 masih didominasi oleh kebutuhan industri. Bahan baku/penolong mendominasi dengan kontribusi terbesar yaitu 70,08% dari total nilai impor.
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar aktivitas impor Indonesia bertujuan untuk mendukung proses produksi di dalam negeri, mencerminkan ketergantungan sektor industri nasional pada pasokan bahan baku dari luar negeri untuk menjaga keberlanjutan produksinya.
Sementara itu, barang modal memiliki porsi sebesar 20,27%, mencerminkan adanya investasi yang berkelanjutan di sektor produktif. Adapun barang konsumsi berkontribusi sebesar 9,65%. Porsinya yang kecil menegaskan bahwa sebagian besar kebutuhan masyarakat sudah dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri, meskipun masih terdapat ketergantungan pada beberapa produk impor tertentu.
Data di atas menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia masih berorientasi pada penguatan sektor industri dan produksi, bukan semata konsumsi. Namun, dominasi impor bahan baku juga menjadi catatan penting bahwa kemandirian industri dalam negeri perlu terus ditingkatkan melalui pengembangan sektor hulu dan peningkatan kemampuan produksi nasional.
Menteri Perdagangan Budi Santoso menyebut, dibanding Januari hingga Juli 2024, terjadi kenaikan impor barang modal sebesar 20,56% dan impor bahan baku atau penolong sebesar 0,15%, sedangkan impor barang konsumsi turun 2,47%.
Ia juga memaparkan, beberapa penyebab kenaikan impor barang modal adalah naiknya impor central processing unit (CPU), mobil listrik, peralatan navigasi kapal, perangkat penerima sinyal, dan ponsel pintar.
Untuk produk bahan baku atau penolong, lonjakan impor tertinggi adalah pada emas batangan, biji kakao, senyawa kimia untuk cakram elektronik, sulfur, dan naphtha.
Di sisi lain, impor barang konsumsi turun terutama untuk bahan bakar diesel, pendingin ruangan, bawang putih, krimer nonsusu (non-dairy creamer), dan buah pir.
Harapannya, ke depan Indonesia dapat mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku impor dengan memperkuat industri pengolahan domestik, meningkatkan riset dan inovasi, serta memperluas kerja sama ekonomi yang mendukung transfer teknologi. Dengan demikian, struktur impor yang lebih seimbang dan berkelanjutan dapat terwujud, sekaligus memperkuat ketahanan ekonomi nasional.
Baca Juga: Top 5 Negara Asal Impor Indonesia 2024
Sumber:
https://www.bps.go.id/id/publication/2025/10/31/b2852dce89cd7b2c07ea34ab/statistik-perdagangan-luar-negeri-bulanan-impor--agustus-2025.html
https://www.neraca.co.id/article/224516/januarijuli-2025-impor-indonesia-capai-usd13651-miliar