Generasi Z, atau yang kerap disebut Gen Z, merupakan kelompok individu yang lahir sekitar tahun 1997 hingga 2012. Mereka tumbuh dan berkembang di tengah kemajuan teknologi digital yang pesat, dinamika sosial yang kompleks, serta perubahan global yang begitu cepat. Di satu sisi, Gen Z dikenal adaptif, kreatif, dan kritis; namun di sisi lain, mereka juga menghadapi beragam tantangan yang tidak ringan.
Setiap generasi tentunya memiliki tantangan yang berbeda-beda. Tren perceraian menjadi salah satu tantangan yang diamini mayoritas Gen Z. Terdapat beberapa tren isu yang sedang dihadapi Gen Z menurut survei yang dilakukan oleh IDN Research Institute, mulai dari meningkatnya perceraian (59%), preferensi untuk keluarga kecil (42%), integrasi teknologi dalam kehidupan keluarga (37%), menunda pernikahan (38%), fokus dalam kesehatan mental (30%), kesetaraan gender (28%), childfree (24%), dan migrasi (14%).
Masyarakat, terutama di kota besar, menghadapi ketidakstabilan pernikahan akibat tekanan hidup modern, seperti masalah finansial, jadwal kerja yang padat, dan kesulitan menyeimbangkan tanggung jawab pribadi dan profesional. Berdasarkan Badan Peradilan Agama, Mahkamah Agung mencatat 465.980 kasus perceraian pada tahun 2024.
Meskipun banyak perceraian diajukan oleh perempuan, menyalahkan perempuan atas meningkatnya angka perceraian terlalu menyederhanakan masalah. Di Indonesia, banyak perceraian terkait dengan ketidaksetaraan gender dan dinamika kekuasaan yang menempatkan perempuan dalam posisi subordinat, sering kali mengarah pada kekerasan dalam rumah tangga.
Faktor ekonomi juga berperan, di mana perempuan bekerja untuk membantu ekonomi keluarga, sementara laki-laki seringkali tidak membagi tanggung jawab rumah tangga secara adil. Pertengkaran terus menerus masih menjadi penyebab utama terjadinya perceraian.
Gen Z juga mengalami beragam tantangan dalam memikirkan preferensi keluarga kecilnya; bagaimana pola asuh, biaya pendidikan anak yang tidak murah, dan tentang masa depan keluarganya. Seperti kita ketahui biaya untuk memiliki rumah juga semakin melambung.
Banyak faktor yang menjadikan tren seperti delayed marriages atau childfree menjadi perhatian Gen Z. Di antara yang menjadi faktor yaitu pergeseran pandangan tentang kebahagiaan dalam berkeluarga, faktor ekonomi yang menjadi beban, kekhawatiran dalam karier, kemapanan, serta ketakutan atas pernikahan dan sebagainya.
Survei ini dilakukan oleh IDN Research Institute dari Maret hingga Agustus 2024, dengan total 1.500 responden yang terdiri dari 750 Generasi Milenial dan 750 Generasi Z. Adapun responden berada di 12 kota dan wilayah besar Indonesia, yaitu Jabodetabek, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Medan, Palembang, Solo, Banjarmasin, Balikpapan, dan Makassar.
Survei ini dilakukan dengan menggunakan kombinasi metode penelitian kuantitatif dan kualitatif, dengan mengumpulkan data melalui pengambilan sampel acak untuk memastikan representasi yang beragam dan melakukan wawancara mendalam.
Baca Juga: Tidur Jadi Pelarian Utama 59% Gen Z dari Masalah Mental