Nilai impor minyak bumi dan gas (migas) selama periode 2015-2024 menunjukkan fluktuasi yang signifikan. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa ketergantungan Indonesia terhadap impor komoditas ini masih tinggi, meskipun dalam beberapa tahun terjadi penurunan yang cukup tajam. Pola ini erat kaitannya dengan harga minyak dunia, kebijakan energi nasional, serta kondisi ekonomi global yang memengaruhi kebutuhan migas domestik.
Pada tahun 2015, impor migas tercatat sebesar US$24.613,9 juta. Angka ini jauh lebih besar jika dibandingkan dengan hasil ekspor migas pada tahun yang sama sebesar US$18.574,4 juta. Penurunan drastis tercatat pada tahun 2016. Nilai impor migas turun menjadi US$18.739,8 juta, dengan persentase penurunan sekitar 23,9%. Penurunan ini dipengaruhi oleh melemahnya harga minyak dunia pada periode tersebut.
Namun, nilai impor kembali naik pada 2017 sebesar US$24.316,2 juta, hampir menyamai posisi tahun 2015. Peningkatan berlanjut setahun berikutnya, ketika impor migas melonjak ke US$29.868,8 juta, seiring meningkatnya harga minyak dunia dan kebutuhan energi domestik. Akan tetapi, pada 2019 impor migas justru turun 26,7% ke angka US$ 21.885,3 juta.
Pandemi Covid-19 pada 2020 membuat impor migas merosot tajam ke angka US$14.256,8 juta. Ini merupakan nilai terendah impor migas Indonesia dalam satu dekade terakhir. Hal ini disebabkan turunnya konsumsi energi akibat pembatasan aktivitas ekonomi global maupun domestik.
Memasuki fase pemulihan, pada 2021 impor migas melonjak signifikan ke angka US$25.529,2 juta, hampir dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Tren kenaikan berlanjut pada 2022, ketika impor migas mencapai US$40.417,3 juta, sekaligus menjadi puncak tertinggi dalam sepuluh tahun terakhir.
Fluktuasi nilai impor berlanjut pada 2023 dengan nilai sebesar US$35.831,0 juta. Meskipun menurun, angka ini masih jauh lebih tinggi dibandingkan periode sebelum pandemi. Tahun 2024 mencatat nilai impor migas sebesar US$36.276,8 juta, menunjukkan stabilitas setelah lonjakan besar pada 2022.
Secara umum, tren impor migas Indonesia selama 2015–2024 memperlihatkan pola yang berfluktuasi dengan kecenderungan meningkat dalam jangka panjang. Penurunan tajam pada tahun 2016 dan 2020 menunjukkan adanya dampak atas harga minyak dunia dan pandemi global, sementara lonjakan pada 2021-2022 menunjukkan pemulihan ekonomi yang mendorong kebutuhan energi.
Baca Juga: Fluktuasi Nilai Ekspor Migas Indonesia 1 Dekade Terakhir
Sumber:
https://www.bps.go.id/id/publication/2025/08/07/9d9e51f703a0ce4148366704/statistik-perdagangan-luar-negeri-menurut-kode-sitc--2023-dan-2024-.html