Seiring dengan maraknya isu perubahan iklim dan kerusakan lingkungan, gaya hidup ramah lingkungan (sustainable lifestyle) kini menjadi tren yang mulai diadopsi oleh masyarakat di seluruh dunia. Gaya hidup ini berfokus pada upaya mengurangi dampak buruk kepada lingkungan melalui konsumsi yang bertanggung jawab, penggunaan energi terbarukan, hingga pola makan berbasis nabati.
Sayangnya, masih banyak masyarakat global yang belum beralih ke gaya hidup ramah lingkungan terlepas dari daruratnya isu lingkungan yang dihadapi saat ini. TGM Research melakukan riset di 34 negara pada tahun 2024 untuk mengeksplorasi persepsi masyarakat global terhadap gaya hidup ramah lingkungan. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara yang melibatkan 18.985 responden di masing-masing negara.
Ditemukan lima alasan utama mengapa responden belum mengadopsi gaya hidup ramah lingkungan. Harga menjadi faktor utama yang menghambat publik untuk beralih ke gaya hidup sustainable. Sebanyak 42,99% responden merasa bahwa produk ramah lingkungan cenderung lebih mahal.
Keterbatasan fasilitas lokal untuk daur ulang menjadi alasan kedua yang paling sering ditemui. Sebanyak 25,78% responden merasa keterbatasan fasilitas ini membuat adopsi gaya hidup ramah lingkungan dalam hal mendaur ulang sampah pun menjadi sulit.
Selain itu, terdapat keterbatasan lain yang dirasakan oleh responden. Sebanyak 23,93% responden merasa belum punya informasi yang menyeluruh terkait cara mengadopsi gaya hidup ramah lingkungan. Sedangkan 22,28% responden merasa ketersediaan pilihan menjadi ramah lingkungan masih terbatas.
Meski sudah tahu mengenai pentingnya gaya hidup ramah lingkungan dan tahu cara mengadopsinya, 21,85% responden merasa kurang nyaman dengan gaya hidup ramah lingkungan karena menghabiskan lebih banyak waktu dan tenaga.
Baca Juga: 10 Negara Paling Ramah Lingkungan 2024
Sumber:
https://tgmstatbox.com/report-hub/global-sustainability/