Konten penyelamatan hewan merupakan salah satu jenis video yang populer di media sosial. Dengan adanya adegan dramatis dan kisah yang emosional, video-video tersebut tentu menarik perhatian penonton. Namun, ada pula oknum-oknum yang justru menggunakan konten rekayasa demi keuntungan semata.
Penyelamatan hewan yang seharusnya menjadi tindakan kemanusiaan justru dijadikan eksploitasi demi keuntungan dan popularitas pribadi. Dalam konten semacam ini, hewan yang sering digunakan sering kali dijadikan alat untuk sensasi saja.
Menurut SMACC, kebanyakan hewan-hewan yang digunakan oleh kreator tersebut biasanya hewan yang sama untuk digunakan dalam rekayasa penyelamatan hewan. Dalam skenario yang diatur oleh pembuat konten ini, hewan-hewan tersebut sengaja ditempatkan di tempat yang berbahaya dengan situasi yang menyedihkan, lalu merekam dan “diselamatkan”.
Dalam laporannya, SMACC mengelompokan hewan-hewan yang sering muncul dalam konten rekayasa penyelamatan hewan yakni: mamalia, reptil dan amfibi, dan burung.
Kelompok mamalia menjadi hewan yang banyak ditemukan dalam konten penyelamatan hewan palsu, yakni sebanyak 91,5%. Kucing adalah hewan yang sering banyak muncul dan sering digambarkan terlantar atau sakit (41,6%), diikuti oleh primata (28,8%), dan anjing yang sering ditemukan dalam kondisi terlantar atau terjebak (20,5%).
Untuk primata, dalam penemuan isi konten yang dilakukan oleh SMACC terdapat beberapa konten kreator yang bahkan menggunakan spesies yang masuk dalam daftar merah yakni spesies terancam punah IUNC.
Lalu dalam kelompok amfibi dan reptil, kura-kura (4,4%) dan ular (2,7%) merupakan hewan yang sering digunakan di konten video ini. Kelompok burung jadi yang sedikit digunakan dalam konten-konten penyelamatan hewan palsu sebanyak 0,8%. Ular, burung elang dan burung hantu juga sering digunakan sebagai predator dalam adegan serangan palsu.
Konten penyelamatan palsu merupakan bentuk eksploitasi terhadap hewan dengan tujuan untuk mencari keuntungan finansial dan popularitas saja. Masalah ini bukan hanya merugikan hewan saja tetapi memanipulasi perasaan penonton.
Baca Juga: TikTok Menjadi Platform Terbanyak Penonton Konten Penyelamatan Hewan Palsu