Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), persentase bayi di bawah dua tahun (baduta) yang menerima imunisasi dasar lengkap di Indonesia mengalami peningkatan selama periode 2020 hingga 2024.
Mulanya pada tahun 2020, baduta yang mendapat imunisasi dasar lengkap tercatat sebesar 57,17%. Lonjakan pertama terjadi pada tahun berikutnya menjadi 61,09%. Tren positif ini terus mengalami kenaikan mencapai 63,17% pada tahun 2022, disusul pada tahun 2023 sebesar 63,58%.
Berlanjut pada tahun 2024, persentase baduta yang menerima imunisasi mencapai 63,69%. Artinya, dalam kurun lima tahun, cakupan imunisasi baduta meningkat sekitar 6,5%.
Meskipun menunjukkan tren yang stabil naik, capaian ini masih jauh dari target nasional cakupan imunisasi dasar lengkap yang ditetapkan minimal 95%. Dari 10 anak, harusnya 9 di antaranya sudah divaksinasi. Namun proporsi pada tahun 2024 menyatakan baduta yang telah menerima imunasi baru 6 orang.
Secara keseluruhan, peningkatan ini dapat dipandang sebagai perkembangan sekaligus pengingat bahwa dibutuhkannya strategi yang lebih intensif dan inovatif, seperti memperkuat layanan kesehatan, memperluas distribusi vaksin, serta mengatasi isu disinformasi terkait imunisasi untuk menggapai target cakupan imunisasi nasional.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, Maxi Rein Rondonuwu menyampaikan program nasional seperti imunisasi harus dapat dilakukan sepenuhnya.
“Karena saya lihat ada beberapa kabupaten/kota yang bisa mendekati (target) nasional, tapi ada kabupaten/kota yang sangat jauh sekali imunisasi dasar lengkapnya,” ujarnya, Kamis (1/2/2024).
Adapun terdapat 14 jenis vaksin yang diberikan pada imunisasi dasar lengkap, meliputi:
- BCG (Bacillus Calmette-Guérin) untuk penyakit tuberkulosis
- DPT-HB-Hib (Diphtheria, Pertussis, Tetanus-Hepatitis B-Haemophilus influenzae tipe b) untuk penyakit difteri, batuk rejan, tetanus, hepatitis B, dan infeksi Hib
- HB (Hepatitis B) untuk penyakit infeksi hati kronis akibat virus hepatitis B
- MR (Measles-Rubella) untuk campak rubella
- MMR (Measles, Mumps, Rubella) untuk campak, gondongan, dan rubela
- OPV (Oral Polio Vaccine) untuk penyakit polio
- IPV (Inactived Polio Vaccine) untuk penyakit polio, disuntik sebagai pelengkap OPV
- TT (Tetanus Toxoid) untuk mencegah tetanus
- DT (Diphtheria Tetanus) untuk mencegah difteri dan tetanus pada anak usia sekolah
- Td (Tetanus diphtheria) untuk mencegah difteri dan tetanus pada anak remaja sebagai booster
- JE (Japanese Encephalitis) untuk mencegah radang otak
- HPV (Human Papillomavirus Vaccine) untuk penyakit kanker
- PCV (Pneumococcal Conjugate Vaccine) untuk penyakit pneumonia
- RV (Rotavirus Vaccine) untuk penyakit diare
Dengan cakupan imunisasi dasar lengkap yang optimal, Indonesia dapat membangun kekebalan kolektif (herd immunity) yang lebih kuat sekaligus memastikan anak tumbuh sehat dan terlindungi dari ancaman penyakit berbahaya.
Baca Juga: DI Yogyakarta Jadi Provinsi dengan Baduta Penerima Imunisasi Terbanyak 2024
Sumber:
https://www.bps.go.id/id/statistics-table/2/MjI4MCMy/persentase-anak-umur-12-23-bulan-yang-menerima-imunisasi-dasar-lengkap-menurut-provinsi--persen-.html
https://kemkes.go.id/id/95-persen-anak-harus-dapat-imunisasi-cek-yuk-3-jenis-antigen-baru