Angka buta aksara di Indonesia menunjukkan tren penurunan yang konsisten dalam sepuluh tahun terakhir. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang tidak mampu membaca dan menulis berada di angka 4,78% pada tahun 2015. Sepanjang satu dekade berikutnya, angka tersebut menyusut hingga mencapai 2,9% pada tahun 2025.
Setelah mengalami penurunan menjadi 4,62% pada tahun 2016, angka ini kian berkurang menjadi 4,5% pada periode berikutnya. Penurunan yang stabil terus berlanjut pada tahun 2018, dengan angka sebesar 4,34%.
Baca Juga: 10 Provinsi dengan Angka Buta Aksara Tertinggi 2025
Angka buta aksara di Indonesia kian menurun hingga menyentuh 4,1% pada tahun 2019 sebelum menembus 4% pada tahun berikutnya. Memasuki tahun 2021, persentase penduduk buta aksara sudah berada di bawah angka 4%, yakni sebesar 3,96%.
Pada tahun 2022, persentase ini berhasil menyentuh 3,65%, kemudian turun ke angka 3,47% pada tahun selanjutnya. Angka buta aksara sempat dicatatkan sebesar 3,33% pada tahun 2024, sebelum mengalami penyusutan terbesar dalam sedekade terakhir menjadi 2,9% pada tahun 2025.
Tren penurunan yang terjadi secara konsisten dari tahun ke tahun ini menunjukkan adanya perbaikan berkelanjutan dalam akses dan kualitas pendidikan dasar di Indonesia. Dengan ini, angka buta aksara di Indonesia berhasil diturunkan sebesar 1,88% dalam sepuluh tahun terakhir.
Meski demikian, capaian nasional ini masih menyisakan tantangan. Penurunan agregat tidak selalu mencerminkan kondisi merata di seluruh wilayah.
Jika ditinjau dari pembagian wilayahnya, sebanyak 12 provinsi di Indonesia masih memiliki angka buta aksara di atas rata-rata nasional pada tahun 2025 dengan dipuncaki oleh Papua Pegunungan (31,68%). Sementara itu, 26 provinsi sisanya sudah berada di bawah rata-rata dengan Sulawesi Utara (0,2%) berada di posisi terendah.
Direktur Jenderal (Dirjen) Pendidikan Vokasi, Pendidikan Khusus, dan Pendidikan Layanan Khusus (Diksi PKPLK) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Republik Indonesia (RI), Tatang Muttaqin mengungkapkan bahwa tantangan buta aksara dan literasi masih harus diintervensi secara sistematis dan terintegrasi.
“Penuntasan buta aksara adalah tanggung jawab bersama untuk mencapai Indonesia bebas buta aksara. Semua pihak harus bergerak mengajak masyarakat melek baca dan sadar pentingnya literasi,” tegasnya dalam pembukaan Lokakarya Pendidikan Nonformal dan Informal serta Soft Launching Hari Aksara Internasional 2025 di Serpong, Tangerang Selatan, Senin (8/9/2025).
Dalam upaya peningkatan pencapaian literasi dari sisi kualitas, pemerintah terus mendorong distribusi buku bacaan bermutu. Sarana pembelajaran literasi juga ditingkatkan di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) yang tersebar di berbagai Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) dengan harapan literasi dapat dirasakan dan dinikmati oleh semua kalangan masyarakat.
Baca Juga: 93% Pelajar di Aceh Rajin Baca Kitab Suci, Terbanyak pada 2024
Sumber:
https://www.bps.go.id/id/statistics-table/2/MTAyIzI=/angka-buta-aksara-menurut-provinsi-dan-kelompok-umur--persen-.html