Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia mencapai 4,85% pada Agustus 2025, sedikit naik dibanding Februari 2025 yang sebesar 4,76%. Kenaikan ini salah satunya dipengaruhi perlambatan aktivitas di industri manufaktur dan konstruksi, yang selama ini menjadi tulang punggung penyerap tenaga kerja terbesar.
Meski begitu, secara tahunan TPT turun 0,06 persen poin, di mana tingkatnya sebesar 4,91% per Agustus 2024. Jika dibandingkan dua tahun sebelumnya, TPT juga turun drastis, dari 5,32% pada 2023.
Pada Agustus 2025, masyarakat perkotaan memiliki tingkat pengangguran yang lebih tinggi, mencapai 5,75%, dibandingkan masyarakat perdesaan yang sebesar 3,47%.
Jika ditinjau menurut kelompok usia, maka usia 15-24 tahun memiliki tingkat pengangguran tertinggi, sekitar 16,89%, mencerminkan masih banyaknya penduduk usia produktif yang belum terserap pasar tenaga kerja. Kelompok usia 25-59 tahun mencatatkan TPT sebesar 2,93%, sedangkan usia 60 tahun ke atas sebesar 1,71%.
Tingkat pengangguran tamatan SMK kini jadi yang tertinggi, mencapai 8,63%, diikuti tamatan SMA (6,88%), lulusan Diploma IV, S1, S2, S3 (5,39%), lulusan Diploma I/II/II (4,31%), lulusan SMP (3,8%), dan tamatan SD ke bawah (2,3%).
Data di atas menunjukkan tingkat pendidikan tidak selalu menjamin pekerjaan. Tingkat pengangguran di kalangan lulusan pendidikan tinggi bahkan lebih besar dibanding lulusan SD atau SMP, mencerminkan dinamika perubahan pasar tenaga kerja saat ini.
Sementara itu, per Agustus 2025, sekitar 67,32% penduduk bekerja (98,65 juta) merupakan pekerja penuh, naik tipis dari Februari 2025 yang sebesar 66,19%. Sisanya, 24,77% adalah pekerja paruh waktu dan 7,91% adalah setengah pengangguran. Total pekerja tidak penuh di periode ini mencapai 47,89 juta.
Sumber:
https://www.bps.go.id/id/pressrelease/2025/11/05/2479/keadaan-ketenagakerjaan-.html