Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dalam Buletin Info Bulanan mencatat angka kejadian bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Indonesia cenderung meningkat hingga Juli 2025.
Pada awal 2025, hanya terdapat tiga kejadian bencana karhutla yang terjadi, dengan rincian provinsi yang terdampak adalah Kepulauan Riau dan Jambi.
Memasuki bulan Februari, angka ini mengalami kenaikan menjadi 22 kejadian. Adapun daerah yang paling sering dilanda karhutla pada periode ini meliputi, Riau, Kalimantan Tengah, dan Aceh.
Namun pada dua bulan setelahnya, jumlah kejadian bencana karhutla menurun, dengan total kejadian pada bulan Maret dan April berturut-turut sebanyak delapan peristiwa dan dua peristiwa. Hal ini disebabkan karena sebagian besar wilayah Indonesia berada dalam peralihan puncak musim hujan, sehingga kondisi lahan lebih basah dan menjadikan risiko karhutla lebih rendah.
Musim kemarau mulai terjadi pada bulan berikutnya. Jumlah kejadian bencana karhutla kembali meningkat sebanyak 13 kejadian pada bulan Mei, dengan wilayah yang paling sering dilanda adalah Riau, Sumatra Utara, dan Sumatra Selatan.
Kenaikan signifikan tercatat pada dua bulan setelahnya, yaitu pada Juni dengan total 63 kejadian dan Juli dengan jumlah mencapai 177 kejadian. Riau dan Sumatra Utara masih mendominasi intensitas bencana ini, dengan mayoritas hampir seluruh provinsi di Pulau Sumatra menjadi korban kejadian karhutla pada periode Juni – Juli 2025.
Dengan ini, total kejadian bencana karhutla yang telah terjadi di Indonesia sepanjang tahun 2025 mencapai 288 peristiwa.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi karhutla masih berpotensi terjadi di sebagian Riau dan Sumatra Utara (kategori menengah), serta Jawa dan Sulawesi (kategori menengah – tinggi), bertepatan puncak musim kemarau di wilayah tersebut pada bulan Agustus.
Menteri Kehutanan (Menhut) RI, Raja Juli Antoni menekankan bahwa kombinasi penanganan karhutla dari udara dan darat harus terus ditingkatkan. Dengan demikian, kejadian tidak terprediksi lainnya dapat diantisipasi melalui pencegahan dan penanganan terstruktur demi meminimalisir risiko.
“Mudah-mudahan dengan koordinasi yang baik, jumlah kebakaran dan korban akibat kebakaran lahan lebih turun. Hal ini berimplikasi terhadap ekonomi karena dapat menghambat berbagai aktivitas,” harapnya pada rapat koordinasi dengan BMKG dan BNPB di Gedung Command Center BMKG, Jakarta, Selasa (12/8/2025).
Baca Juga: Riau dan Sumut Jadi Provinsi yang Paling Sering Dilanda Karhutla Juli 2025
Sumber:
https://bnpb.go.id/informasi-bencana
https://www.bmkg.go.id/berita/utama/belajar-dari-masa-lalu-bmkg-sains-dan-teknologi-kunci-penanganan-karhutla-dan-asap-lintas-batas