Hasil Survei Konsumen Bank Indonesia pada Oktober lalu menunjukkan bahwa pendapatan masyarakat Indonesia yang dialokasikan untuk konsumsi meningkat. Pada saat yang bersamaan, proporsi tabungan mereka justru menyusut, sementara dana yang dipakai untuk membayar utang atau cicilan tidak menunjukkan perubahan signifikan.
Rata-rata porsi untuk kebutuhan konsumsi (average propensity to consume ratio) pada Oktober 2024 tercatat sebesar 74,5%, nak tipis dibanding bulan sebelumnya yang berada di angka 74,1%. Kondisi ini merupakan salah satu yang tertinggi sepanjang 2024, hanya lebih sedikit dari besaran pada Januari lalu yang mencapai 74,6%.
Bertambahnya proporsi untuk konsumsi dialami oleh masyarakat nyaris di seluruh kelompok pendapatan. Satu-satunya penurunan porsi konsumsi hanya terjadi pada responden di tingkat pendapatan di atas Rp5 juta, tepatnya terjadi penurunan sebesar 0,7%, dari 69,2% menjadi 68,5%.
Sementara itu, konsumsi terhadap pendapatan responden dengan rentang pendapatan Rp1-2 juta sebesar 76,2%, rentang pendapatan Rp2,1-3 juta sebesar 74,9%, rentang pendapatan Rp3,1-4 juta sebesar 73,9%, dan rentang pendapatan Rp4,1-5 juta sebesar 72,3%.
Di lain sisi, rata-rata porsi pendapatan yang disimpan atau ditabung (saving to income ratio) pada Oktober 2024 sebesar 15,0%, berkurang 0,3% terhadap bulan sebelumnya yang sebesar 15,3%. Proporsi tersebut menjadi yang terkecil sepanjang tahun ini bahkan sejak Desember 2021 yang kala itu sebesar 14,1%.
Apabila ditilik per kelompok pendapatan, penurunan proporsi tabungan terjadi pada responden dengan rentang pendapatan Rp1-2 juta, sebesar 0,1% menjadi 15,9%; rentang pendapatan Rp4,1-5 juta, sebesar 1,1% menjadi 14,3%; dan rentang pendapatan di atas Rp5 juta, sebesar 0,2% menjadi 16,9%.
Sebaliknya, responden yang mencatatkan peningkatan rerata proporsi tabungan berada pada rentang pendapatan Rp2,1-3 juta, sebesar 0,6% menjadi 15,7%; dan Rp3,1-4 juta, sebesar 0,4% menjadi 15,2%.
Adapun proporsi untuk membayar utang atau cicilan (debt to income ratio) terindikasi relatif stabil, yaitu sebesar 10,5% dari 10,6% pada periode sebelumnya. Meskipun demikian, besaran cicilan pada 2024 tampak lebih tinggi dibandingkan 2023.
Sebagai tambahan informasi, Survei Konsumen Bank Indonesia merupakan survei bulanan yang melibatkan sekitar 4.600 rumah tangga sebagai responden (stratified random sampling) yang tersebar di 18 kota besar di Indonesia.
Baca Juga: Literasi Keuangan Naik, Menabung Masih Lebih Digemari daripada Investasi